Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Sabtu, 17 November 2007

H. Suganda; Sukses Mengeruk Untung Kerupuk

H Suganda

Hampir 20 tahun lamanya menekuni bisnis kerupuk. Selama itu pula, pengusaha yang satu ini berhasil menghimpun laba dan membesarkan usahanya.

Kerupuk memang makanan yang berbobot enteng. Tapi, potensi usahanya jangan dianggap enteng. H. Suganda sudah membuktikannya. Bisnis kerupuk yang ditekuninya dari nol sejak 1982, menghantarkannya sebagai pengusaha yang sukses merajai pasar kerupuk di Jakarta.

Faktanya, di seantero Jakarta, kerupuk buatan Suganda yang diberi merek SHD pada kalengnya, sudah sangat terkenal. Bahkan, saking terkenalnya, kemudian banyak pengusaha kerupuk lain yang ikut-ikutan mencantumkan merek "SHD" pada kaleng kerupuknya. Mungkin ingin mencantol sukses kerupuk Suganda di pasar. Tapi, bagi Suganda, penjiplakan merek itu bukan merupakan persoalan serius. Sebab, pemasaran kerupuknya toh tetap berjalan lancar.

Suganda mengawali usaha kerupuknya dengan modal pas-pasan plus peralatan sederhana pemberian orang tuanya. Untuk tempat produksi yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal, diperoleh dengan cara mengontrak.

Produksi awal, menghabiskan setengah kuintal tepung tapioka, yang dicampur sedikit dengan terigu. Penjualannya, yang disebar melalui para pedagang, ternyata berjalan lancar. Setiap keuntungan yang diperoleh, dikumpulkan. Dari situ, Suganda membeli berbagai barang seperti peralatan pabrik, sampai tanah dan bangunan.

Suganda berprinsip, daripada menabung lebih baik diwujudkan dalam bentuk barang. Karena itulah, kemudian dia bisa memiliki rumah dan sebuah pabrik kerupuk dengan peralatan lengkap, serta tempat pengeringan yang cukup luas, di Jakarta.

Sekarang ini, kerupuk SHD disebar oleh sekitar 40 pedagang ke wilayah Pasar Minggu, Mampang, bahkan sampai ke daerah Kota. Tak heran jika krupuk SHD dijumpai di mana-mana. Produksinya rata-rata menghabiskan 4 kuintal tepung per hari.

Satu kuintal tepung, menghasilkan sekitar 7.000 biji krupuk. Bahan baku krupuk putih, adalah tepung tapioka murni. Untuk membuat krupuk coklat/opak, setiap 50 kg tepung tapioka ditambah 7 kg tepung terigu.

Dalam mengoperasikan kegiatan produksinya, Suganda memperkerjakan 20 karyawan, yang ditampung di sebuah bangunan samping rumahnya. Namun, sampai sekarang, Suganda masih mengontrol secara ketat bumbu adonan, sehingga kualitas rasa kerupuknya selalu terjaga.

Untuk pemasaran kerupuknya, Suganda menyediakan gerobak dan kaleng, yang bisa digunakan oleh pedagang. Jadi, para pedagang yang mau menjual, tinggal mengambil kerupuk mentah dan minyak, lalu menggoreng sendiri. Seorang pedagang, rata-rata membawa sekitar 100 kaleng krupuk, untuk dititipkan di warung-warung. Kepada pedagang, Suganda menjual kerupuknya Rp 150. Sedangkan para pedagang, bebas menetapkan harga jualnya ke warung atau toko-toko.

Meskipun sudah bisa melenggang sendiri sebagai pengusaha kerupuk yang sukses, namun Suganda tetap peduli pada sesama pengusaha kerupuk di Jakarta. Kebetulan mereka kebanyakan dari Ciamis, Jawa Barat, daerah asal Suganda. Salah satu bentuk kepedulian itu, diwujudkan dengan inisiatif Suganda untuk membentuk paguyuban pengrajin krupuk wilayah Jakarta Selatan, sekaligus memimpinnya sebagai ketua.

Salah satu upaya yang sekarang tengah dilakukan paguyuban, adalah menyeragamkan harga. "Jangan sampai terjadi persaingan tak sehat, dengan cara saling banting harga," kata Suganda. Ret

KUNCI SUKSES H. SUGANDA:

* Tekun menjalankan usaha dari nol.

* Sejak awal sudah mencantumkan merk.

* Memanfaatkan keuntungan untuk pembelian asset berharga.

* Mengontrol mutu produksi secara langsung.

KONTAK H. SUGANDA:

Jl.Batumerah I RT/RW:04/02 No.11

Kalibata, Jakarta Selatan

Fax. (021) 7974565

Sumber: Wacana Mitra Boga Sari

http://www.sajadah.net/comments.php?id=24_0_1_0_C

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business