Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Senin, 15 Oktober 2007

Marketing Strategy

For any business to grow in size and profitability it is absolutely necessary to have a solid business plan which must include your marketing strategy. Marketing is the process of getting your potential clients attention and by having a plan in place you will know what you want to achieve, what to do to get there and why you are doing it.

There are many different ways to market your business and your budget may restrict the solutions you choose, but no matter which method you decide to the basic principles of the marketing plan remain the same, understanding your market, completion and the business opportunities of your product or services within your market. By researching these vital areas you will start on the path to a successful business and marketing campaign.

The internet has bought around a very affordable way to market a small business on a comparatively small budget via PPC (pay per click) or SEO (search engine optimisation).
These two methods of online marketing are complimentary to each other an should both be considered as a part of your online marketing strategy.

Other online advertising methods include email marketing and banner advertising. These methods generally don’t achieve the same level of results as PPC or SEO due to email spam filters and banner blindness.

Of course the virtual online world is a great place to market your business, but the offline world is also full of great opportunities. Building a strong brand that people will remember and connect will help your efforts once you have gained the attention of a client you can add them to mailing lists and send them branded brochures and leaflets to keep them interest in your products or services periodically.

The desired result from increasing your exposure through any of these marketing techniques is increased sales and revenues but getting the potential clients attention is just the first step as you must make sure that the clients experience with your business is a positive one and then you may turn them in to returning visitors or referrers.

It’s easy to overspend on your annual budget for your marketing when starting your business. Every penny should be accounted for and your budget should be realistic and compliment your business plan.

Article Source: http://freearticle.name/

HR Comes of Age

History of Human Resource Management

Workfoce management has become increasingly complex. The heritage and growth of the human resource management profession is closely linked to people's attitudes about work, the evolution of employment-related laws and sociological trends. The HR field today recognizes the dynamic relationship between strategy, people, technology and the processes that drive organizations. Although this dynamic relationship appears obvious now, the evolution of the profession has often been slow.

One could argue that the HR field dates back to the first working arrangements between master craftspeople and their apprentices. Before the industrial Revolution, working arrangements involved close relationships between mentors and apprentices dedicated to learning a particular trade. Apprentices were often required to live in the shop or home of the master craftsperson. If an apprentice was injured or sick, the master's family was responsible for restoring the young worker's health and welfare. Master and apprentice shared in good times and bad, in profit and in loss.

The usefulness of this age-old relationship came to an abrupt end with the advent of the Industrial Age. In one powerful stroke, the notion of work moved from guilds and home shops to steam-driven factories. The introduction of the assembly line brought a need for low-skilled employees capable of performing repetitive tasks. Management philosophy at the turn of the century was epitomized by Henry Ford, who often wondered why workers brought their heads to work when all he really needed was their hands and feet.

Rabu, 10 Oktober 2007

Sewakan Mobil Anda ke Cipaganti

Peluang persewaan mobil selalu terbuka lebar karena pasarnya tumbuh 30 persen per tahun. Anda punya mobil tetapi tidak punya pasar? Cipaganti siap menggandeng Anda.

Kebutuhan akan kendaraan sewa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini akan mengalami puncaknya ketika hari raya, terutama lebaran, tiba. Dan, selanjutnya akan mengalami penurunan yang sangat perlahan. Apa pasal? Padahal, harga kendaraan yang masih gres di zaman sekarang tidak lagi semahal dulu. Sedangkan yang bekas pun masih tak kalah mentereng dibandingkan dengan yang baru, harganya terjangkau pula.

Menurut Verawati Basri, Area Manager Jakarta Divisi Rental Car PT Cipaganti Citra Graha, permintaan akan kendaraan sewa untuk wilayah Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat tahun 2006-2007 diperkirakan mencapai 7.000 unit kendaraan, dengan estimasi proyek pertumbuhan lebih dari 30% per tahun. Untuk Cipaganti sendiri, permintaan akan kendaraan sewa tahun 2007 meningkat hingga 30%. Sampai Bulan April ini saja, Cipaganti harus menambah 40 unit kendaraan dari total kebutuhan 130 unit.

“Hal ini terjadi karena akhir-akhir ini perusahaan-perusahaan swasta nasional diarahkan untuk outsourcing, sehingga perusahaan-perusahaan itu yang semula membeli mobil, kini cenderung menyewa. Di sisi lain, dengan menyewa kita akan memperoleh beberapa keuntungan, misalnya, dari segi perawatan lebih terjaga, bila muncul masalah pada kendaraan yang disewa dapat segera diberi kendaraan pengganti tanpa biaya tambahan, dan kalau muncul risiko-risiko tertentu sudah ada yang menanggung,” jelas Vera.

Kondisi inilah yang memicu Cipaganti untuk membuka peluang kerja sama dengan pihak-pihak luar (kemitraan, red.). Ide ini muncul untuk pertama kalinya pada 2003 di Bandung (markas besar perusahaan ini, red.) dan pada 2004 di Jakarta. “Ya, Cipaganti memang menawarkan kerja sama di bidang transportasi jasa penyewaan kendaraan bermotor atau mobil. Hal ini Cipaganti lakukan untuk memenuhi permintaan konsumen secara cepat. Karena, semula divisi rental Cipaganti hanya memiliki 20 unit kendaraan. Ketika semuanya sudah tersewa dan lalu muncul permintaan lagi meski cuma dua unit, misalnya, Cipaganti tetap kelabakan. Cipaganti mempunyai dana cash, tetapi karena banyak faktor, Cipaganti tetap tidak bisa memenuhi permintan tersebut dengan cepat,” kata Gungun Anggana, Financial Consultant PT Cipaganti Citra Graha.

Dalam kemitraan yang berbentuk kerja sama penitipan kendaraan ini, Gungun melanjutkan, sebelum permintaan datang, Cipaganti akan mengumpulkan dulu database kendaraan yang dimiliki para mitra. Ketika permintaan sewa akan kendaraan jenis tententu datang, Cipaganti segera menghubungi mitra-mitra tersebut. Selanjutnya, Cipaganti akan memberikan profit kepada mitra sebesar 2% dari harga jual mobil yang dititipkan, setiap bulan, selama masa kontrak (minimum enam bulan, red.). “Pertimbangannya, nggak mungkin kan mitra yang menitipkan Kijang Inova mendapatkan pembagian profit yang sama dengan yang menitipkan Kijang LGX,” ujarnya.

Sedangkan bagi mitra yang ingin menitipkan kendaraan mereka di Cipaganti, harus mengasuransikan kendaraan mereka all risks pada perusahaan asuransi yang sudah punya nama, mengganti biaya penggantian ban setiap enam bulan sekali atau tergantung kondisi ban, dan menanggung biaya perpanjangan STNK. “Untuk perawatannya ditanggung oleh Cipaganti,” imbuhnya. Sekadar informasi, kendaraan yang dititipkan haruslah keluaran tahun 2004.

Selain itu, Cipaganti juga membuka kemitraan dana. Kemitraan yang terbagi menjadi Paket A dan Paket B ini, cenderung ditujukan kepada mereka yang ingin menjalin kerja sama dengan Cipaganti, tetapi tidak memiliki kendaraan. Dalam hal ini, mitra diharuskan menyerahkan kepada Cipaganti, sejumlah uang untuk modal atau uang muka membeli mobil. Untuk Paket A, mitra harus menyerahkan modal sebesar Rp 50 juta hingga Rp 95 juta. Dengan masa kesetaraan (kontrak) satu tahun hingga tiga tahun, mitra akan mendapatkan profit sharing 1,5% sampai 1,7% per bulan yang dibayarkan di muka, dalam bentuk bilyet giro. Sedangkan untuk Paket B, uang yang harus diserahkan oleh mitra sebesar Rp100 juta sampai Rp1 milyar. Dengan masa kesetaraan satu hingga tiga tahun, mitra akan memperoleh profit sharing 1,8% hingga 2% per bulan yang juga dibayarkan di muka, dalam bentuk bilyet giro. “Ibaratnya, ini sebuah alternatif deposito dengan profit sharing yang lebih tinggi daripada bunga deposito bank,” katanya.

Ketika masa kontrak berakhir, Gungun menambahkan, kendaraan tersebut akan dijual kembali untuk mengembalikan uang muka atau modal milik mitra. Karena itu, kendaraan yang dibeli harus bersifat likuid atau mudah diuangkan kapan pun.

“Setelah masa kontrak, misalnya, satu tahun berakhir, meski leasing masih berjalan hingga tiga tahun, Cipaganti tetap harus mengembalikan uang muka tersebut,” jelasnya. Tapi, bila mitra menginginkan uang mukanya dikembalikan dalam bentuk mobil, maka akan terjadi perhitungan yang proporsional.

“Jika harga mobil itu lebih besar daripada uang muka yang diserahkan oleh mitra, maka mitra harus menambah kekurangan harga mobil itu. Jika yang terjadi sebaliknya, maka Cipaganti yang akan menambahi kekurangannya. Jadi, mitra sudah dapat mobilnya, juga dapat uangnya,” lanjutnya.

Hubungan kerja sama ini disahkan secara notarial, tapi tidak berlaku kaku. Dalam arti, bila karena satu dan lain hal hubungan ini tidak dapat diteruskan, misalnya mitra meminta kembali uangnya sebelum masa kontrak berakhir, maka mitra hanya akan mendapat penalty 25% dari uang muka yang diserahkan. “Ketentuan ini juga berlaku bagi Cipaganti!”tegasnya. Namun, ketentuan yang dimaksudkan untuk menjaga agar hubungan kerja sama ini berlangsung sampai masa kontrak berakhir, tidak berlaku bagi mitra kerja sama penitipan kendaraan. Nah, tidakkah Anda berminat menambah penghasilan dengan cara seperti ini? [pengusaha/russanti lubis]

Semesta Recycled Paper, Sulap Kertas Bekas Jadi Perkakas

Memanfaatkan tenaga kerja pengamen jalanan, SRP menyulap kertas bekas menjadi perkakas rumah tangga. Kini produknya telah dijual ke luar negeri.

Memanfaatkan kertas daur ulang menjadi aneka barang kerajinan seperti kartu ucapan, bingkai foto, tempat lilin, kotak pensil, hiasan dinding, dan barang-barang kecil lainnya sudah agak jamak dikerjakan. Namun masih langka orang yang bisa membuat aneka keranjang, kotak-kotak besar, bahkan meja dan kursi dari bahan dasar kertas bekas. Adalah Harso Susanto, pengelola CV Semesta Recycled Paper, yang rela mengorbankan waktu dan biaya bereksperimen dengan sampah-sampah kertas. Tidak sia-sia, kini produk-produk yang dihasilkannya telah mampu dijual di pasaran lokal maupun ekspor.

Usaha ini dimulai perajin asal Jogyakarta itu pada Agustus 2006 lalu. Tetapi seperti diceritakan, sebelumnya ia pernah menjalankan usaha seperti ini tahun 1997 namun sempat terhenti. Pada waktu itu ia membuat lembaran kertas daur ulang yang kemudian langsung diproses menjadi kartu, photo frame, boxes, dan banyak lagi. “Tetapi setelah saya lihat di pasar, barang seperti itu sudah banyak ada di toko-toko. Makanya saya berpikir untuk membuat barang lain dari bahan yang sama,” tuturnya.

Diimbuhkan, ketertarikan terhadap kerajinan yang menggunakan bahan kertas bekas itu selain bahan baku mudah didapat, ia juga berharap bahan itu bisa menjadi substitusi bahan kerajinan yang sebagian besar diambil dari alam. Pria yang pernah bekerja di perusahaan ekspor handicraft dari bahan dasar bambu, kayu, pandan, serta rotan itu melihat bahan baku, terutama kayu, menjadi semakin mahal dan sulit diperoleh karena beberapa daerah yang dulunya pemasok besar kini mulai menipis.

Harso biasa memperoleh bahan baku dari lapak-lapak yang jumlahnya melimpah. Bisa juga dari pemulung langsung. Per minggu ia memerlukan bahan baku 2-4 kwintal atau tergantung kebutuhan.

Kertas yang ada disortir dulu dan hanya dipilih kertas koran bekas saja dan itu pun bukan kertas tabloid, karena menurutnya hasilnya akan mudah patah. Kemudian kertas-kertas itu mulai dibasahi dengan lem kemudian dipilin dan ditempelkan pada mal yang sudah dibuat. Setelah dijemur kering, proses selanjutnya yaitu finishing serta pengecatan. Untuk keamanan maka Harso menjamin cat yang dipakai adalah cat dengan bahan pengencer air agar ramah lingkungan, anti racun, sehingga aman untuk anak-anak sekalipun. “Semua bahan tambahan seperti lem dan cat yang kami gunakan adalah waterbas, dan antitoxic,” tegasnya.

Untuk memulai usahanya Harso telah menanamkan modal tidak kurang Rp 30 juta. Namun sebagian besar dipakai untuk eksperimen bahan dasar maupun pembuatan hampir selama 4 bulan. Percobaan itu meliputi cara membuat pilinan yang cepat, kertas yang sesuai, bahan-bahan yang aman, kualitas, cara pengeringan, dan sebagainya. Karena terbuat dari kertas bekas, bahan perlu juga dilakukan uji coba kekuatan produk. Produk berukuran besar yang sudah dites bisa mengangkat beban hingga 5 kg. Kualitas itu, menurutnya masih diperbaiki terus-menerus.

Semua proses produksi dikerjakan secara manual sehingga bentuk usaha kerajinan ini sekaligus menyerap banyak tenaga kerja. Menariknya Harso justru mempekerjakan para pengamen dengan alasan bagi mereka bekerja rumahan lebih aman daripada di jalanan. Sementara hasilnya baru dipasarkan pertama kali pada bulan Desember 2006 dengan sasaran pasar dalam negeri terutama untuk kalangan menengah ke atas, serta pasar ekspor.

Belum genap setengah tahun, rata-rata omset penjualan kurang lebih adalah Rp 12 juta per bulan. Penjualan di pasar lokal dilakukan melalui kerja sama dengan outlet-outlet, galeri dan toko kerajinan. Selanjutnya selain ikut di berbagai pameran barang kerajinan, pria yang mengaku tidak selesai kuliah itu juga berhubungan langsung dengan para eksportir dengan cara mengirimkan beberapa contoh produk. “Ternyata responnya bagus karena menurut saya belum ada yang lain. Kekurangan kami tinggal pada masalah desain,” akunya.

Agar pasaran luar negeri dapat meningkat pria berusia 36 tahun dengan dua putra itu mengaku terus membuat inovasi desain dengan tanya sana-sini juga sambil melihat trend lewat internet. Karena masing-masing item mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda, kapasitas produk per bulan tergantung pada jenis produk itu sendiri. Untuk model yang paling sulit seperti box set 3 ia hanya bisa memproduksi 100 set per bulan, tetapi yang paling mudah bisa lebih dari 2000 buah per bulan. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 10.000,00 sampai Rp 150.000,00. “Kami juga menerima pembuatan produk sesuai dengan desain pembeli, sedangkan desain itu tidak akan kami jual ke pihak lain,” jelasnya.

Harso mengatakan tidak mengalami kendala berarti dalam menjalankan usaha kerajinan kertas daur ulang tersebut. Kesulitan seputar pemasaran untuk pasar lokal adalah jumlah yang masih terbatas. Peluang besar adalah pasar ekspor meskipun butuh dana lebih besar serta jalur yang agak berbelit.

“Beberapa perusahaan sudah kontak lewat email. Mereka telah melihat gambar lewat situs kami, tetapi mereka masih belum yakin bahwa produk itu dari kertas dan kebanyakan mereka mengira bahan bakunya adalah rotan. Biasanya setelah melihat langsung baru percaya,” tuturnya. Soal bahan baku Harso jelas tidak menjumpai masalah. Kertas bekas dengan mudah bisa diambil di lapak-lapak atau bahkan dari pemulung langsung seperti yang ia lakukan selama ini. Nah, daripada kertas-kertas koran yang menumpuk di tempat Anda bingung hendak diapakan, lebih baik sekarang dipakai belajar membuat kerajinan perkakas. [pengusaha/wiyono]

Analisa Bisnis Kerajinan Perkakas Dari Kertas (Daur Ulang):
Modal awal Rp 30.000.000,-
Omset penjualan per bulan Rp 12.000.000,-
Keuntungan per bulan dengan margin 40% adalah Rp 4.800.000,-.

Jadi kesimpulannya: BEP sudah akan tercapai pada tiga bulan pertama.

Selasa, 09 Oktober 2007

Sekolah Inklusi, Masih Hitungan Jari


Selama ini, sekolah anak-anak “normal” dengan special need selalu terpisah. Lazuardi-GIS salah satu pionir yang membuat terobosan untuk mengatasi persoalan tersebut.

Tahukan Anda, bila dalam setiap 150 kelahiran, salah satunya adalah bayi pengidap autis? Jumlah ini tidak termasuk bayi-bayi yang dilahirkan dengan membawa “kelainan-kelainan” lain, seperti hiperaktif, AD/HD, learning differences/difficulties, down syndrome, dan sebagainya (termasuk juga tunadaksa, tunagrahita, tunaru-ngu, dan lain-lain). Jadi, dapat Anda bayangkan berapa banyak jumlah mereka.

Lalu, setelah mereka memasuki usia sekolah, ke mana mereka menimba ilmu? Tentu saja apa yang disebut dengan sekolah luar biasa, di mana mereka akan bergaul dengan teman-teman senasib. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka yang dulu disebut sebagai anak cacat ini (untuk menghindari konotasi negatif, kini mereka disebut sebagai special need atau yang membutuhkan perlakuan khusus, red.) berhak berada di lingkungan pergaulan yang lebih riil. Karena, pertama, di dunia kerja yang akan mereka jalani, mereka tidak hanya berkumpul dengan orang-orang yang special need. Kedua, mereka terbukti jauh lebih mampu mengembangkan potensi, jika mereka bergaul dengan anak-anak “normal”.

“Berdasarkan alasan ini, orang mulai berpikir tentang sekolah inklusi,” kata Haidar Bagir, pendiri dan pemilik sekolah inklusi, Lazuardi-GIS (Global Islamic School). Sekadar informasi, GIS merujuk pada sifat sekolah ini yaitu sekolah yang berorentasi global dan berlandaskan Islam tapi terbuka untuk umum, sedangkan nama sekolahnya adalah Lazuardi. “Untuk menghindari kerancuan dengan sekolah-sekolah global lain, kami lebih suka menyebutnya GIS,” jelasnya.

Di Indonesia, ia melanjutkan, sekolah inklusi masih dapat dihitung de-ngan jari. “Dan, sekolah kami salah satunya. Bahkan, boleh dikatakan, Lazuardi-GIS yang paling serius menangani pendidikan anak-anak special need. Misalnya, kami memiliki 25 terapis yang dididik secara khusus. Kami juga memiliki 100 guru alumni berbagai universitas di Indonesia yang mempunyai pengetahuan tentang anak-anak special need. Di luar itu, Lazuardi-GIS juga memiliki pusat te-rapi khusus,” ujarnya.

Sebagai sekolah inklusi, Lazuardi-GIS yang berdiri sejak tahun 2000 di atas lahan seluas hampir 3 ha di kawasan Cinere ini, menempatkan anak-anak “normal” dengan yang special need dalam satu kelas. Khusus untuk anak-anak yang memiliki special need cukup besar, disediakan terapis. Karena itu, di setiap kelas (1 sampai dengan 6) terdapat dua guru dan se-orang terapis, yang bertanggung jawab di bawah kordinasi sang guru untuk memberi perlakuan khusus kepada anak-anak special need, sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

“Tentu saja porsi belajar anak-anak special need lebih kecil daripada yang ‘normal’. Bukan membatasi, melainkan kebutuhan akan terapi. Pada waktu-waktu tertentu, bila perlu, anak-anak itu akan ‘ditarik’ dari kelas reguler dan dibawa ke Ruang Pelangi yaitu ruang kelas untuk terapi wicara dan terapi-terapi lain. Kalau masih diperlukan lagi, di luar jam sekolah, mereka diki-rim ke pusat terapi khusus. Karena itu, dalam satu kelas hanya ditempatkan dua anak special need,” katanya.

Namun, ia melanjutkan, tidak lagi menjadi special need setelah menjalani pendidikan di sekolah inklusi, jarang terjadi. Sebab, tujuannya yaitu menjadikan mereka bisa hidup mandiri, bergaul, dan diterima masyarakat. “Untuk yang semacam itu, Insya Allah bisa kami lakukan. Yang jelas, orang tua mereka mengakui bahwa kemampuan buah hati mereka meningkat sa-ngat pesat,” ucapnya.

Selain itu, special need beraneka macam dan memiliki tingkatan dari ringan hingga berat. “Jadi, tergantung pada itulah apakah nantinya mereka mampu atau tidak mampu melanjutkan ke SMP biasa usai lulus dari SD sekolah inklusi. Beberapa contoh kasus menunjukkan bahwa semakin mereka dewasa, mereka hampir tidak lagi memiliki handicap untuk bersekolah seperti anak-anak ‘normal’. Tapi, itu bila mereka terus-menerus menda-patkan terapi intensif baik di dalam maupun di luar sekolah. Jadi, semuanya tergantung pada banyak faktor, apakah mereka dapat langsung dilepas dan menjadi mandiri sepenuhnya atau mempunyai tingkat kemandirian tertentu dan masih memerlukan bantuan,” imbuhnya.

Sekolah yang menggunakan dua bahasa dan mempadupadankan kurikulum nasional dengan kurikulum berbagai negara ini, kini memiliki 1.000 murid dengan 50 di antaranya siswa special need. Kepada mereka yang akan masuk SD dibebankan uang masuk Rp20 juta dan SPP Rp500 ribu. Selain itu, juga menerima anak special need berasal dari keluarga tak mampu. Karena, sekolah terakreditasi yang dibangun dengan total modal Rp17 milyar–Rp 20 milyar ini, memiliki program beasiswa.

“Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi murid Lazuardi-GIS. Tidak ada tes. Prinsip kami first in first serve sesuai dengan paradigma yang kami yakini bahwa semua anak cerdas dan tugas sekolah untuk mengembangkan potensi mereka. Kami hanya memiliki sistem observasi agar kami memiliki informasi yang cukup tentang setiap siswa kami, sehingga kami dapat memberikan pelayanan maksimal,” ujarnya.

Ke depannya, ia menambahkan, ingin mengembangkan Lazuardi-GIS sampai college. Selain itu, akan mengembangkan franchise dengan tujuan agar secara finansial makin kokoh dan bisa memberikan sumbang-an pendidikan bagi negeri ini. Saat ini, Lazuardi-GIS telah memiliki cabang di Jakarta Barat (Lazuardi Cordova), Lampung (Lazuardi Haura), Depok (Bina Qair, binaan), dan Kalimantan. [pengusaha/russanti lubis]

Prospek Cerah Dari Tepung Darah

Selama ini limbah darah di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dibuang percuma. Dengan sentuhan inovasi, Alif mengubahnya menjadi tepung darah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak.

Darah. Perasaan ngeri atau bahkan jijik segera muncul saat membayangkan kata satu ini. Adalah lumrah apabila benda ca
ir berwarna merah itu kemudian dianggap hanya sebagai limbah di setiap rumah pemotongan hewan (RPH). Karena masuk kategori barang buangan seringkali pemanfaatannya tidak maksimal atau terbuang percuma begitu saja. Asal tahu, sejatinya darah buangan itu masih memiliki nilai ekonomi yang lumayan tinggi. Bukan untuk kita konsumsi memang, tetapi setelah diolah menjadi tepung darah dapat dijadikan sumber pakan ternak atau pun pupuk tanaman. Pasalnya selain sebagai sumber protein yang amat bagus untuk penggemukan, kandungan nitrogen alami cukup tinggi sehingga bermanfaat sebagai pupuk organik.

Alif Nuranto adalah salah seorang yang memanfaatkan darah limbah RPH menjadi tepung. Kisahnya awalnya saat berniat membuka usaha pembuatan pakan ikan ia tahu bahwa salah satu bahan bakunya adalah tepung darah. “Saya tertarik untuk mengembangkan produk ini setelah orang tua saya menciptakan mesin yang dapat mengolah produk cair menjadi tepung. Di samping itu pemanfaatan darah dari limbah-limbah RPH saya lihat belum maksimal padahal darah akan bernilai ekonomis yang tinggi jika dibuat tepung,” tuturnya.

Selanjutnya darah cair akan berubah menjadi serbuk atau tepung setelah diproses menggunakan mesin spray dryer. Selain kandungan protein yang tinggi, keuntungan lainnya, butirannya sangat ringan, halus seperti powder sehingga amat mudah dicerna.

Sekadar informasi, Alif menjalankan bisnis orang tuanya Tanda Teknik - mengangkat nama daerah tempat tinggal mereka yaitu TANggulan DAgo -, workshop yang khusus membuat alat-alat dan mesin untuk keperluan laboratorium serta industri. Perusahaan ini dibangun pada tahun 1997. Pada awalnya workshop ini untuk melayani pembuatan alat/ mesin untuk skala laboratorium dan penelitian di ITB, kemudian dalam perkembangannya banyak menerima pesanan dari beberapa perguruan tinggi yang memiliki fakultas teknik di seluruh Indonesia.

Sedangkan kapasitas produksi tepung darah yang dihasilkan Alif selama sebulan sesuai kapasitas
mesin adalah sekitar 500 Kg. Harga produk di pasaran Rp 30.000/kg. Dikatakan, target pasar produk tersebut adalah para pelaku bisnis di sektor agro industri terutama di bidang peternakan dan pertanian. Saat ini konsumen yang membeli produk dari bapak satu anak ini berasal dari Bandung, Tangerang, Bogor, dan Subang. “Pernah ada permintaan dari Jepang tetapi karena keterbatasan kemampuan modal kami tidak dapat memenuhi,” akunya.

Soal bahan baku, dikatakan, ia tidak menemui kendala dan jumlahnya cukup melimpah. Namun untuk saat ini karena alasan keterbatasan modal usaha sehingga produksi hanya dikerjakan berdasarkan pesanan. Padahal ia amat yakin bisnis ini menurutnya merupakan bisnis masa depan yang mempunyai prospek yang cerah. “Produk yang memiliki berbagai manfaat seperti kualitas yang baik, efisiensi dan nilai yang tinggi tentunya akan sangat dibutuhkan di masa yang akan datang apalagi sektor agribisnis merupakan basic perekonomian negara kita,” tukasnya.

Diungkapkan lulusan Teknik Planologi ITB itu, untuk sementara waktu pembuatan pakan ikan dengan bahan baku utama menggunakan tepung darah itu masih dilakukan sendirian saja. Tetapi jika nanti seiring permintaan tepung darah terus meningkat maka ia siap bekerja sama dengan investor.

Sayangnya, Alif enggan menyebutkan dengan pasti besarnya investasi untuk usaha ini termasuk besarnya modal awal pada saat riset pembuatan mesin spray dryer sehingga dapat berjalan dengan baik. Yang jelas saat ini dia memiliki karyawan berjumlah 10 orang, terdiri 3 orang tenaga ahli, 4 orang operator , 2 orang administrasi dan 1 orang pembantu umum. Ia juga telah dimintai memasok produk pellet yang menggunakan tepung ikan kepada para petani tambak di bendungan Jatiluhur dan Subang. [pengusaha/wiyono]

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business