Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Jumat, 31 Oktober 2008

Alamat Kompor Biji

Bagi Yang Berminat Terhadap Kompor BIji Jarak Dapat Langsung Menghubungi Alamat Berikut:

Jl. KH. Agus Salim No. 1 Jombang, Jatim
HP: 085 6463 780 63 – 081 553 206 329

Ini adalah salah satu distributor yang ditunjuk. Terima Kasih Sebelumnya.

Senin, 01 September 2008

Kompor Bahan Bakar Biji Jarak (KB3J) – BAG II


Cara Kerja yang Tidak Rumit

Setelah sebelumnya kita mengenalkan kompor alternatif pengganti minyak tanah dan elpiji dengan kompor berbahan bakar biji jarak. Berikut cara kerja (penggunaan) kompor tersebut.

SEBAGAIMANA kita tahu, kompor gas, maka gas (minyak tanah) sebagai sumber untuk mendapatkan api. Seperti juga kompor pada umumnya, kompor berbahan bakar biji jarak juga menggunakan biji jarak sebagai sumber untuk mendapatkan api.

Namun demikian, tidak banyak yang tahu, bagaimana kompor ini melakukan aktifitasnya. Berikut petunjuk mudah menggunakan kompor berbahan bakar biji jarak.

1. Pasang semua komponen kompor.

2. Kupas biji jarak yang telah dikeringkan dengan sinar matahari sekitar 5 % kadar air.

3. Masukkan biji kupasan pada kompor melalui mulut atas kompor maksimum 300 gram (tidak boleh lebih, bila lebih akan mengganggu aliran udara).

4. Nyalakan kompor dengan cara mencampur sedikit tumbukan biji jarak dengan minyak tanah atau spiritus, kemudian masukkan di atas biji jarak dalam kompor lalu sulut dengan api. Apabila tidak ada minyak tanah, bisa dengan melumatkan biji jarak sehingga keluar minyaknya, dan tuangkan sedikit spiritus pada lumatan biji jarak dan masukkan di atas biji jarak dalam kompor dan nyalakan dengan api. *)

5. Untuk menggunakan kompor lebih sempurna, tunggu lebih kurang 5 menit agar kompor menyala rata dan api berwarna agak biru.

6. Jumlah biji jarak yang dimasukkan kompor sesuaikan dengan kebutuhan (disesuaikan dengan kemampuan biji menyala), sebagai contoh untuk mendidihkan air 1.500 ml hanya dibutuhkan waktu 8 menit **)

7. Apabila nyala api hampir habis, tambahkan biji jarak ke dalam kompor sesuai dengan kebutuhan.

8. Untuk mengecilkan api, atur dengan menggeser tuas pada menja kompor bagian bawah.

9. Untuk pemakaian kompor berikutnya, dengan membersihkan terlebih dahulu arang (abu) biji jarak dengan mengkorek-korek, sehingga abu turun ke penampungan dengan tuas posisi membuka (ke kanan).

10. Untuk mematikan nyala api dengan menutup mulut kompor yang telah disediakan oleh pabrik yang sudah jadi satu paket.

Catatan:

*) Dari hasil uji yang dilakukan, spiritus lebih baik dari minyak tanah.

**) Dalam uji ketahanan nyala api diperoleh bahwa untuk 200 gram biji jarak, diperoleh api dapat menyala selama 60 menit. Lama nyala api ini juga dipengaruhi oleh tingkat kekeringan biji dan kadar minyak.

Pada ulasan berikutnya, kami akan menyajikan kelayakan kompor biji jarak pagar untuk skala kebutuhan rumah tangga. Kini saatnya untuk berinovasi, tinggalkan minyak tanah dan gas elpiji. Berali ke kompor bahan bakar biji jarak. Apalagi jika dapat menanam sendiri tanaman jarak, tentu akan lebih irit lagi khan. Selamat mencoba!

Senin, 25 Agustus 2008

Saatnya Beralih ke Kompor Berbahan Bakar Biji Jarak


Lebih Irit, Ekonomis, Praktis, dan Mudah

Tingginya harga minyak tanah dan gas Elpiji, membuat semua masyarakat lebih berhemat. Termasuk juga dalam urusan dapur. Untuk menghemat, kita tidak perlu harus menghemat masak dan lainnya. Kini telah hadir Kompor Berbahan Bakar Biji Jarak. Kita bisa menanam jarak di sekeliling rumah dan dapat mengirit berapa puluh juta dalam setahunnya. Berikut liputannya yang kami tulis secara bersambung.


KEBERADAAN minyak tanah (mitan) yang langka dan mahal, membuat manusia terus berinovasi untuk mencari ’ide gila’ yang lebih murah meriah. Salah satu temuan yang kini sudah mulai diproduksi dan dipasarkan adalah kompor berbahan bakar jarak.

Sebagaimana kita tahu, jarak juga dapat dijadikan sebagai bahan bakar berupa minyak. Namun sayangnya temuan itu tidak ditindaklanjuti dengan keseriusan untuk memproduksi dalam skala besar. Selain itu, masyarakat juga sudah terlanjur ’jatuh cinta’ dan tidak mau lepas dari mitan, sehingga program itu tidak mendapat dukungan dari masyarakat.

Namun bagi mereka yang serius menekuninya, mereka telah membuktikan dan mampu menciptakan kompor dengan bahan bakar biji jarak yang mudah didapat. Tanaman jarak sebenarnya tidak sulit didapat di daerah pedesaan atau pegunungan. Dengan menggunaan kompor ini, masyarakat dapat menghemat pengeluaran puluhan hingga ratusan juta selama setahun.

Bayangkan saja, untuk mendidihkan air 1.500 ml hanya dibutuhkan waktu sekitar 8 menit. Ini membuktikan panas yang dihasilkan lebih besar daripada kompor dari mitan. Dengan menggunakan 200 gram kupasan biji jarak, mampu menyala selama 60 menit (1 jam) dengan kadar air 5 % pada biji tersebut.

Kompor ini memiliki spesifikasi ukuran 27 x 27 x 27 cm, berat 2 Kg. Kapasitas tangki biji maksimum 300 gr, bahan dari plat dengan ketebalan 0,6 mm, permukaan luar dicat dengan duco warna silver. Komponen kompor terdiri dari sarangan luar dan dalam, stoom, laci penampung abu, tuas pengatur udara, tutup untuk mematikan api dan badan kompor.

Ketahanan kompor lebih kurang 2 tahun (hal ini masih dalam kajian), ketahanan menyala tergantung kadar minyak biji jarak (makin tinggi makin lama), nyala api 80 % biru sehingga ramah lingkungan karena tidak mudah menimbulkan kotoran seperti yang sering terjadi pada kompor mitan.

Saat ini, temuan ini telah memiliki hak patent atau HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Jadi siapaun yang memproduksi tanpa seijin pemilik hak patent tersebut dapat dikenai sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku. ***

Kamis, 14 Agustus 2008

Kemana Arah Usaha Setelah Ramadhan?

PARA pembaca dan peminat Kolom Ayo Berwirausaha yth., Bulan Ramadhan akan segera lewat. Selain ibadah ritual yang dijalani, banyak dari teman-teman juga melakukan ibadah sosial, yaitu membuka usaha. Ada memang yang menyempatkan diri membuka usaha dadakan, artinya membuat usaha -- walau kecil-kecilan -- hanya di bulan Ramadhan ini. Apa contohnya?

Kalau kita cermati lebih dalam, bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri ini juga memberikan celah banyak sekali untuk melakukan usaha. Menjual makanan dan minuman sebagai persiapan berbuka puasa banyak sekali diminati. Coba kita perhatikan, sepanjang jalan menuju rumah, sudah berapa banyak warung baru yang menjual es kelapa muda muncul. Banyak juga kemudian muncul pasar kaget yang umumnya berada di perempatan jalan atau pinggir jalan yang cukup besar, di mana penjaja aneka makanan dan minuman berbuka puasa dijual di sana. Di Yogya dan Semarang saja, mahasiswa dan mahasiswi juga biasa menjualnya.

Ada juga yang berbisnis baju-baju Muslim dan Muslimah karena memang di bulan ini cenderung ada peningkatan terhadap kebutuhan produk ini. Setidaknya kebutuhan akan berpakaian yang lebih sesuai dengan suasana puasa dan Lebaran menjadi pendorong munculnya bisnis ini. Cara menjualnya pun beragam. Ada yang membuka kios, atau lapak, tetapi ada juga yang dengan cara menjualnya secara langsung ke konsumen (direct selling) lewat pertemuan-pertemuan pengajian, membawanya ke teman-teman di kantor, atau lainnya. Kue-kue lebaran dan parsel lebaran juga menjadi bisnis yang menarik, apalagi dalam seminggu menjelang Idul Fitri.

Nah, buat Anda yang memang melakukan bisnis Ramadhan ini, baik yang berbisnis kagetan maupun bukan, bagaimana kondisinya? Sudah mengambil keuntungan yang lumayan dari usaha Anda? Pas-pasan, hanya balik modal, atau malah merugi? Adakah Anda memetik pelajaran selama berusaha sebulan ini? Mau diteruskan atau stop sampai di bulan ini saja? Saya berharap ada banyak sekali pelajaran berharga yang Anda dapatkan selama 'menjadi pengusaha' di bulan Ramadhan. Anda pasti bertemu dengan calon konsumen Anda, lalu bagaimana Anda berinteraksi dengan mereka, bagaimana gaya dan perilaku mereka ketika melihat dan menawar produk/barang yang Anda tawarkan.

Kadang mereka memang menjengkelkan. Tetapi, ketika Anda berhasil menjual produk, bisa muncul pertanyaan, seperti 'Mengapa mereka membeli?' Jurus apa yang Anda pakai untuk 'merayu' mereka hingga mereka jadi membeli? Cobalah renungkan dan dianalisa. Bisa jadi Anda mendapat 'resep' sendiri bagaimana menaikkan keterampilan dan kemampuan cara menjual Anda.

Anda juga tentunya banyak belajar bagaimana memenuhi pesanan orang, dari mulai mencari sumber-sumber pasokan bahan baku yang paling murah hingga menyiasati biaya produksi. Mungkin Anda harus pontang-panting ke Cipulir atau Mangga Dua, Jakarta, untuk mendapatkan sumber pemasok pakaian Muslim yang murah. Datang ke sumber-sumber perajin anyaman untuk membuat tempat parsel dan pergi ke pusat grosir untuk membeli barang, atau makanan dan minuman kaleng yang akan dirangkai dalam parsel Anda. Setidaknya dari sini Anda bisa belajar bagaimana suatu proses produksi dijalankan.

Anda tentu juga mendapatkan formulasi agar mendapat keuntungan semaksimal mungkin. Ada pelajaran menarik juga yang bisa kita ambilÿ20hikmahnya dari bisnis parsel. Apa itu? Ya, soal pelarangan mengirim parsel itu. Banyak teman kita yang membuka bisnis parsel musiman menjadi susah.

Memang ada juga yang tidak terpengaruh, apalagi yang bisnis utamanya memang parsel ini dan bukan musiman semacam Nabila Parcel. Pengumuman pelarangan itu begitu mendadak, kurang lebih dua minggu menjelangÿ20Lebaran. Padahal persiapan untuk memulai bisnis ini bisa 1-1,5 bulan sebelum Ramadhan dimulai, dan tidak sedikit modal yang kita siapkan. Belum lagi komitmenÿ20dengan teman-teman perajin anyaman, misalnya. Andai saja pengumuman itu lebih bijak dikeluarkan satu bulan sebelumnya, tentu teman-teman akan berhitung juga sebelum meneruskan bisnis parselnya.

Hikmah yang bisa kita ambil adalah bahwa kadang kala yang namanya peraturan atau regulasi juga sangat mempengaruhi bisnis kita. Contoh parsel di atas membuktikannya. Dulu hal seperti ini juga terjadi di bisnis wartel. Ada peraturan di mana jarak antar wartel satu dengan wartel lainnya harus memiliki radius jarak tertentu. Tetapi, sekarang bisa kita lihat kadang jarak itu hanya 5-10 meter.

Dalam waktu dekat, misalnya, kita sudah mendapat sinyal kalau harga BBM bakal naik. Nah, adakah pengaruhnya pada proses produksi kita dan harga jual produk yang akan kita tawarkan pada konsumen? Peristiwa-peristiwa seperti ini akan terus ada karena peraturan-peraturan baru pasti akan muncul. Tentu saja kita harus pandai-pandai mengantisipasi dan menyiasatinya. Untuk itu kita jangan sampai ketinggalan informasi. Nah, sekarang Anda sudah mendapat banyak pengalaman berharga dalam menjalankan bisnis yang penuh dinamika. Anda tahu cara menjual, tahu sumber pemasok produk yang murah, dan tahu enaknya merasakan keuntungan. Jadi, sekali lagi pertanyaan saya untuk Anda renungkan adalah 'Mau diteruskan atau disetop sampai di sini saja bisnis Anda?'

Ayo Berwirausaha
Diasuh oleh Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM Konsultan dan penulis buku best seller berjudul Road to be Own Boss dan 25 Langkah Menjalankan Bisnis e-mail: wirausaha_probis@yahoo.com faksimile: 021-7983623 alamat surat:Ayo Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika, Jl Warung Buncit Raya No 37, Jakarta 12510

Kue kue, baju baju, Mukena mukena…

Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh berkah, kebahagiaan dan saatnya orang orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan pahala. Tapi ternyata tak hanya pahala saja yang berlomba-lomba dikumpulkan, banyak sekali para ibu yang berlomba lomba jadi Bussines Woman dadakan. Dari menjual kue-kue kecil untuk lebaran, pakaian muslim untuk anak-anak dan dewasa, pernak-pernik rumah tangga, mukena-mukena dan lain sebagainya.

Herannya, setiap Ramadhan tiba (apalagi menjelang lebaran) kok, semua perabotan dan pelengkapan serta pakaian menjadi tampak cepat usang ya? Hehehehehe….

Tidak salah kok jika ingin melakukan bisnis di bulan Ramadhan, apalagi memang budaya masyarakat kita yang memang lebih konsumtif dan hal itu bisa membuat kita kaya mendadak jika dapat menjual barang barang yang memang dibutuhkan atau dicari di bulan Ramadhan.

Saya sih memang tidak bisa memasak, sehingga kalau soal ketupat lebaran dan kue-kue biasanya membeli dari teman yang sudah menjadi langganan menjadi toko kue lebaran dadakan setiap Ramadhan. Tapi untuk membeli pernak pernik lain saya rasa tahun ini belum perlu.

Tahun ini saya tidak ingin lebih konsumtif karena harus mengganti semua dengan sesuatu yang baru, kapok deh rasanya ketika lebaran selesai, THR lenyap, dompetpun menipis super tipis. Karena saya tidak pandai berdagang sehingga yang ada saya hanya menghabiskan uang….hehehehehe….

Bagaimana dengan anda? Apa sih yang membuat anda menjadi konsumtif saat Ramadhan datang? Apa anda adalah salah satu Mom’s yang jago menjual saat Ramadhan? Yang penting adalah selalu ingat makna dari Ramadhan itu sendiri, yaitu lebih sabar, lebih bijaksana dan mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. Ayo berbagi cerita bersama kami disini, karena pengalaman anda adalah guru berharga untuk kita semua.(contributor2)

Usaha Kue Kering Belum Diperhatikan

Usaha kecil dibidang pembuatan kue kering di Aceh Utara belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah kabupaten tersebut. Padahal, usaha itu sudah berjalan puluhan tahun. Hal itu terlihat pada usaha pembuatan kue sepit, di Desa Kumbang Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara. “Usaha ini sudah turun temurun kami kembangkan. Sejak nenek saya juga udah membuat kue sepit,” ujar Mutia, salah seorang pembuat kue sepit, Minggu (20/4).

Mutia menyebutkan, kegiatan itu telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Bahkan, ketika mengawali usaha tahun 1960 silam, mereka masih menggunakan cetakan kue sepit dengan membakarnya di tungku bahan baku sabut kelapa. Kini, mereka menggunakan kompor minyak tanah dan cetakan kue sepit biasa. Tidak menggunakan listrik. “Sebenarnya kami berharap pemerintah memberikan kompor gas dan cetakan listrik. Sehingga mudah dan lebih cepat selesai pembuatan kue,” ujarnya dalam logat khas Aceh.

Hal senada juga disebutkan, Sapiah, pembuat kue lainnya di daerah itu. dia berharap perhatian dari pemerintah. “Kita harap ada perhatian sedikit dari pemerintah. Jangan hanya sekedar dilihat tapi tak pernah dibantu-bantu,” sebutnya.

Mutia menyebutkan beberapa waktu lalu pemerintah melalui Dinas Sosial memberikan bantuan berupa lima kilogram minyak goreng dan 25 kilogram tepung terigu. Bantuan itupun tidak diberikan begitu saja. Mereka membuat proposal untuk mendapatkan sedikit bantuan tersebut. “Kami urus proposalnya. Kita lihat berulang-ulang duluu kekantor, kapan keluarnya bantuan itu,” sebut Mutia sambil tersenyum

Dia mengatakan, pangsa pasar bisnis kue kering itu mulai berkembang. Saat ini kue itu sudah dipasarkan ke Gerugok, Bireuen, Pereulak dan sebagian besar kota kecamatan di Aceh Utara dan Lhokseumawe. Semakin kondusifnya keamanan di Aceh membuat mereka mengembangkan bisnis itu. “Semuanya dengan modal sendiri. Dari biaya pembelian tepung sampai biaya mengantarkan ke toko-toko langganan kita,” kata Sapiah.

Saat ini, kendala yang dihadapi oleh pembuat kue kering di daerah itu berupa kurangnya modal usaha. Mahalnya harga bahan baku seperti tepung segitiga biru sebesar Rp 160 ribu per sak membuat mereka tidak mampu memproduksi lebih banyak. “Satu hari kami hanya bisa membuat kue sebanyak 10 kilogram kue kering. Bahannya mahal, takut tidak laku,” sebut Mutia.

Harga jual kue tersebut kini mencapai Rp 30.000 per kilogramnya. “Jika dihitung seluruh biaya, hanya laba sekitar Rp 3000 per kilogram. Memang sedikit sekali untungnya, kalau hari biasa seperti ini,” ujarnya.

Lebih jauh dia menyebutkan, mereka baru sedikit lega bila bulan ramadhan dan menjelang lebaran idul fitri. Penjualan meningkat. “Kalau lebaran kami bisa untung Rp 10.000 per kilonya,” ungkapnya.

Desa itu memang pembuat kue sepit. Tiga orang Kepala Keluarga (KK) di sana sejak turun temurun melakukan kegiatan ini. Entah, sampai kapan mereka harus berharap bantuan untuk mengembangkan usaha dari leluhurnya itu? Entahlah. [Masriadi Sambo]

Produsen Kue Moci, antara Permintaan dan Keterbatasan Alat

HMMM..., lezatnya.... Kenikmatan rasa kue moci memang sudah tidak diragukan lagi. Begitu digigit, kue itu terasa kenyal dan manis sehingga membuat ketagihan siapa saja yang mencicipinya. Di kala Lebaran tiba, penganan ini pun laris manis sebagai buah tangan warga Sukabumi yang mudik.

Setelah diolah hingga matang, kue itu lalu diangin- anginkan terlebih dahulu sebelum dikemas dalam kotak yang terbuat dari bagian dalam bambu berukuran sekitar 20 sentimeter. Karena itu, penganan tersebut juga dikenal dengan sebutan kue keranjang. Setiap keranjang bambu biasanya diisi lima sampai tujuh butir kue moci yang sudah ditaburi tepung.

Kini kita tidak hanya dapat menikmati kue moci berisi kacang dan tanpa isi. Untuk memenuhi selera konsumen, belakangan sebagian produsen mulai memproduksi aneka rasa kue moci, di antaranya rasa stroberi, durian, dan aneka macam buah-buahan lainnya. Perbedaan isi penganan itu baru terasa begitu kue digigit.

SEBENARNYA, makanan khas yang terasa kenyal itu biasanya disajikan di Jepang menjelang pergantian tahun. Hampir setiap rumah di Negeri Sakura itu menyiapkan kagamimoci, kue moci putih berbentuk bulat yang dianggap sebagai perlambang cermin dan diletakkan bersusun tiga dengan moci yang paling kecil di atas. Kue itu dipersembahkan di atas meja khusus bersama dengan sake, arak putih khas Jepang, dan makanan lainnya.

Tradisi ini mulai dikenal masyarakat di Tanah Air sejak Jepang masuk ke Indonesia. Salah satu daerah yang mengembangkan makanan khas itu adalah Sukabumi, kota berhawa sejuk di kaki Gunung Gede, Jawa Barat. Daerah yang berada sekitar 120 kilometer dari Jakarta itu memiliki tradisi turun-temurun untuk menyajikan kue moci.

Para pelancong yang singgah ke kota itu pun serasa kurang lengkap jika tidak membawa kue moci sebagai buah tangan. Melalui promosi dari mulut ke mulut, Sukabumi akhirnya dikenal sebagai daerah sentra produksi kue moci. Di kala Lebaran tiba, tempat penjualan kue moci diserbu warga yang mudik untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Semula, penganan asli Tiongkok itu hanya dikenal di kalangan warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Sukabumi. Biasanya penganan itu dikemas dalam keranjang bambu yang berbentuk kotak dan disajikan dalam berbagai kegiatan seperti hajatan warga, termasuk pesta pernikahan. Kue moci yang dikenal pertama kali adalah yang berbentuk bulat tanpa isi, lalu muncul kue keranjang berisi wijen yang disajikan pada acara bukan ritual.

Konon, kue itu pertama kali dipopulerkan oleh sejumlah warga keturunan Tionghoa pada tahun 1970-an. Saat itu terjadi perubahan situasi politik nasional. Pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan berisi larangan bagi masyarakat keturunan Tionghoa membuka usaha di wilayah Kota Sukabumi.

Untuk menyambung hidup, warga keturunan mulai berwirausaha, salah satunya dengan membuat kue moci dan memasarkannya ke berbagai daerah di kota yang memiliki banyak bangunan kuno itu.

Data Pemerintah Kota Sukabumi mencatat, sedikitnya 10 produsen kue moci menjalankan usahanya di kota itu. Hampir semua kegiatan produksi hingga penjualan dilakukan di dalam rumah. Kendati tergolong industri rumah tangga, bisnis ini mampu menyerap ratusan tenaga kerja. Tak heran jika pemerintah setempat menjadikan kue moci sebagai maskot Kota Sukabumi.

Bisnis kue moci ternyata mampu menggairahkan ekonomi warga setempat. Tempat penjualan kue itu tersebar di berbagai tempat di Kota Sukabumi. Kue itu banyak dijumpai di sejumlah pasar swalayan maupun pertokoan.

Warga yang ingin membeli kue langsung dari tangan pembuatnya bisa singgah ke beberapa tempat penjualan kue di kota itu, di antaranya di Jalan Ahmad Yani, Bhayangkara, dan Jalan Otto Iskandardinata.

Selain rasanya enak dan kenyal, harga kue itu relatif murah. Harga kue moci selama ini tidak mengalami perubahan berarti kendati terjadi lonjakan harga bahan kebutuhan pokok. Di tingkat produsen, harga kue moci berkisar Rp 1.250 hingga Rp 2.000 per keranjang berisi lima hingga tujuh butir kue.

SEJAUH ini pemasaran kue itu masih sangat sederhana. Sebagian besar produsen memilih menunggu pembeli, bukan melancarkan strategi jemput bola. "Kalau kue dikirim ke daerah yang jauh, kami khawatir malah keburu basi. Soalnya, kue ini kan tidak tahan lama," tutur Ny Kokoy, produsen kue moci di Jalan Otto Iskandardinata, Sukabumi.

Dengan cara ini pun sejumlah produsen kue moci mengaku kewalahan melayani pesanan. Bahkan, selama Bulan Ramadhan hingga menjelang Lebaran, permintaan konsumen meningkat hingga lebih dari 50 persen dibandingkan hari biasa. Di Perusahaan Dagang Lampion, misalnya, jumlah penjualan kue moci selama bulan puasa mencapai 1.500 keranjang per hari, padahal pada hari biasa volume penjualan hanya berkisar 1.000 keranjang per hari.

Kendati makin diminati masyarakat, proses pengolahan moci kebanyakan masih bersifat tradisional, dengan menggunakan peralatan dan teknik pengolahan sederhana. Ini membuat produk dari satu produsen dengan produsen lain akan berbeda dalam hal penampakan dan rasa. Selain itu, penganan ini hanya tahan tiga hingga lima hari.

Sebagai produk makanan yang murah meriah, bisnis kue moci memang menjanjikan. Sayangnya, pengembangan bisnis ini seolah jalan di tempat lantaran keterbatasan modal usaha dan teknologi pengolahannya. (EVY RACHMAWATI)

Soto Slamet Yogya atau Soto Sawah

Rasanya belum afdol ke Yogyakarta tanpa mampir ke Soto SAWAH, yang kondang sebagai Soto Slamet.

Apalagi waktu sudah menunjukkan jam 14 lebih. Maka kendaraan kami belokkan di sebuah persimpangan pintu kereta sehingga soto ayam lezat ini kadang diberi nama lain Soto Teteg (pintu kereta api) Sepur.

Tidak perlu lama menunggu hidangan tersedia, pertama waktu makan siang sudah "laat" - dan karena lokasi kedai berada di tengah sawah maka tiupan angin semilir dari sawah menguning sambil membawa aroma (terapi) bau padi masak, manisnya bau daun padi, lalu nasi putih yang hangat dan pulen sungguh luar biasa.

Gara-Gara Soto Pantang Sambal Diabaikan

Tanpa terasa semangkuk soto sudah ludes ketika saya baru ingat untuk mengabadikannya.

Kebiasaan berpuasa sambal terpaksa saya "badar"kan. Pasalnya kuah kaldu ayam yang hangat, ditambah suwiran daging ayam dan cincangan ati-ampela, sedikit kecrotan kecap manis masih kurang klop kalau belum diberi sambal yang mengubah warna kuah dan aroma cabai sambil diberi kucuran jeruk nipis.

Saya punya kebiasaan setelah memeras jeruk nipis, biasanya kulit jeruknya saya cemplungkan kedalam kaldu ayam.

Kalau perut terasa kenyang, maka cincangan kasar paha ayam dan ampela yang telah diborehi bawang goreng harus saya kunyah perlahan-lahan sambil mata menatap tarian padi di luar kedai.

Parkir Space Yang Luas

Keunikan lain, warung soto ini berdiri sendiri tanpa ada warung lain sekitarnya. Ia bagaikan Primadona sebuah teater.

Andai anda amati maka disekitarnya hanya ada penjual bakul bambu, sapu lidi.

Sebetulnya ada memori lain dari kawasan ini. Ketika saya masih "narayana" sementara di sekitar jalan masih ditumbuhi Tebu Rakyat Intensif maka seorang gadis Stella Duce yang mempunyai kakek di kawasan pasar Mbibis sering saya boncengkan dengan ikhlas dan berbunga-bunga. Sekalipun soto Slamet belum ada tanda akan berdomisili di sawah ini.

Begitu semangat 45 (kalau lahirnya tahun 1925, tidak perduli serangga macam samber mata menyerang mata motor saya dan kadang nyasar kemata pokoknya honda Oranye Z90cc dikebut terus.

Di sebuah sore - rok gadis yang saya boncengkan ini masuk ke rantai motor saya yang memang dengan alasan "mbois dan nggaya" oleh adik saya dilepas tutp rantainya. Karena ia menjerit, motor saya hentikan dan astaga, rok panjangnya sudah tercabik-cabik tetapi celakanya sebagian menyangkut di antara rantai dan gir motor.

Panik, saya berhenti di depan sebuah rumah pinjam pisau. Namun yang tidak saya sadari penduduk desa ini memiliki tahayul bahwa lepas magrib dilarang meminjamkan benda tajam.

Untunglah tidak semua berfikiran demikian. Setelah mengetuk pintu kesekian, ada penghuni rumah yang bersedia meminjamkan guntingnya. Maka cres cress rok yang katanya oleh-oleh ayahnya dari luar negeri terpaksa saya potong.

Mudah-mudahan anak Stella Duce yang ketua Osis ini masih dapat mengingat peristiwa ini dengan jelas. [***]

Peluang Usaha Unik: Kue Lebaran

Beberapa hari terakhir ini di kantor saya tengah marak para pegawai menawarkan kue-kue untuk Lebaran nanti. Saya pun tidak luput dari ‘sasaran' para pengusaha ‘dadakan' ini. Promonya pun cukup gencar, bahkan tidak segan-segan mereka mengirimkan gambar-gambar kuenya itu melalui e-mail. Harganya pun cukup kompetitif dan bisa ditawar pula.

Cukup menarik memang bisnis yang satu ini. Meski sifatnya musiman, namun cukup menjanjikan. Ya paling tidak buat nambah-nambahin uang belanja untuk Lebaran nanti. Bisnis ini umumnya memang dilakukan oleh kaum perempuan. Tak jarang ada yang memang menjalankan bisnis ini murni untuk mencari kesibukan selama bulan Ramadhan. Namun banyak juga yang menjalankan bisnis ini murni untuk mencari keuntungan di balik momen Idul Fitri.

Secara umum, bisnis kue Lebaran tidak jauh bedanya dengan bisnis kue-kue lainnya. Bedanya hanya masalah waktu, dan itu justru menjadi poin lebih dalam berbisnis kue-kue tersebut. Pada masa-masa menjelang Lebaran seperti sekarang ini, permintaan akan kue-kue Lebaran sangat tinggi. Kondisi seperti ini jarang terjadi pada hari-hari biasa.

Namun meskipun permintaan akan kue-kue tersebut meningkat, persaingan dalam bisnis kue Lebaran cukup sengit. Membanjirnya kue-kue Lebaran di pasaran secara langsung justru membuat penjual kue Lebaran ini tidak bisa mengambil margin keuntungan yang banyak. Tapi bukan berarti bisnis ini tidak bisa menguntungkan sama sekali. Tergantung bagaimana si pengusaha ini membangun jaringan penjualannya.

Modal dari bisnis ini tidak hanya pinter buat kue dan punya peralatan saja. Tapi juga harus mampu memilih format penjualan kue-kue tersebut dengan tepat. Ada beberapa format penjualan yang bisa dipilih, yaitu titip toko atau supermarket dan sistem pesanan atau jual langsung. Dua jenis penjualan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau Anda lebih sreg dengan titip ke toko atau supermarket, maka margin keuntungan tidak akan besar karena harus dibagi dengan pemilik toko atau supermarket. Sedangkan bila Anda ngotot dengan sistem pesanan atau jual langsung, maka bersiap-siaplah Anda harus bekerja keras membangun jaringan pemasaran sendiri.

Pemilihan jenis kue pun patut menjadi perhatian. Semakin beragam jenis kue yang ditawarkan, maka Anda harus memiliki modal besar untuk menyediakan jenis kue yang ditawarkan. Keuntungannya, konsumen memiliki pilihan yang lebih banyak dalam memesan nantinya. Kerugiannya, selain harus menyediakan modal kerja yang lebih banyak, selalu ada jenis kue-kue yang tidak laku atau tidak habis terjual. Untuk itu, diperlukan kejelian dalam membaca selera pasar sehingga bisa direncanakan jenis kue apa saja yang bisa dijual dengan cepat dan laris di pasaran.

Anda juga harus hapal karakteristik dari kue-kue tersebut, karena bisa mempengaruhi cara kerja Anda nantinya. Misalnya, tahan lama atau tidaknya kue tersebut, lama waktu pembuatannya, atau rapuh tidaknya kue tersebut. Anda juga harus paham soal pengepakan kue yang baik dan benar. Salah mengepak kue, bisa merusak dan mengurangi kualitas kuenya.

Secara umum, bisnis kue Lebaran memang semanis rasanya, tetap menjanjikan keuntungan meskipun tidak terlalu banyak. Yang terpenting adalah pengelolaan yang tepat serta pemahaman yang baik tentang bisnis ini.

Anda tertarik mencobanya?

Sumber foto: www.ourspecialweb.com

Kue Moci, Buah Tangan dari Sukabumi di Kala Mudik

Perayaan Idul Fitri serasa tidak lengkap jika tidak disertai hidangan khas Lebaran. Ketupat dilengkapi dengan opor ayam dan lauk-pauk lainnya sudah menjadi bagian dari tradisi perayaan Lebaran.

Tanpa hidangan itu, suasana Lebaran serasa belum lengkap. Tak heran bila menyantap ketupat bersama kerabat telah menciptakan kerinduan bagi setiap perantau untuk mudik saat Lebaran.
Selain menu utama, jauh-jauh hari para ibu rumah tangga mulai menyiapkan aneka penganan ringan, baik kue kering maupun kue basah.

Para ibu berlomba menyajikan penganan yang mampu menggoyang lidah para tamu saat bersilaturahmi ke rumah mereka. Jika tidak mau repot-repot membuat kue sendiri, bisa juga memesan kue atau langsung beli kue yang sudah dikemas dalam toples di pasar swalayan.

Di Sukabumi, sebuah kota kecil berhawa dingin di Jawa Barat, memiliki jenis kue yang dikenal luas masyarakat setempat adalah kue moci.

Sepanjang bulan Ramadhan tahun ini, kue yang bulat tersebut jadi salah satu hidangan buka puasa masyarakat. Tradisi takjil dengan kue moci mulai mengemuka dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah penganan itu dikenal luas masyarakat.

Kue moci bentuknya bulat, bertabur tepung, dan terasa kenyal. Jika digigit, akan terasa manis yang berasal dari adonan gula. Kue itu terbuat dari tepung ketan, gula, kacang tanah, gula tepung, dan tepung tapioka. Kue itu dikemas dalam keranjang bambu kotak berukuran sekitar 20 sentimeter sehingga penganan itu juga dikenal dengan sebutan kue keranjang. Setiap keranjang biasanya diisi lima hingga tujuh butir moci.

Semula, hanya ada dua jenis kue moci yang dijual di pasaran, yaitu kue moci tanpa isi yang disebut kiathong dan kue moci yang diisi dengan adonan kacang. Seiring pesatnya perkembangan industri pembuatan kue moci, kini penganan itu tersedia dalam aneka rasa, mulai dari rasa moka, jahe, hingga durian.

Sebenarnya, kue moci merupakan penganan asli Tiongkok. Kue itu biasanya disajikan pada resepsi pernikahan pasangan warga keturunan Cina. Namun, saat mulai dipasarkan ke masyarakat, kue itu laris manis dan digemari masyarakat Sukabumi, termasuk kaum pribumi.

Konon, kue itu pertama kali dipopulerkan oleh sejumlah warga keturunan Tionghoa pada tahun 1960-an.

Menurut penuturan beberapa warga Tionghoa yang lama bermukim di Sukabumi, saat itu situasi politik Tanah Air tidak memungkinan warga keturunan menjadi guru maupun pegawai pemerintahan. Bahkan, pemerintah setempat melarang warga keturunan berusaha di Kota Sukabumi. Untuk menyambung hidup, warga keturunan mulai berwirausaha, salah satunya dengan membuat kue moci dan memasarkannya ke masyarakat.

Akhirnya, kue tersebut mulai dikenal luas masyarakat. Jika awalnya produsen maupun penjual kue itu hanya dari kalangan warga keturunan, kini banyak warga asli Sukabumi yang juga menekuni bisnis kue moci.

Kini, tercatat lebih dari 10 produsen kue moci menjalankan usahanya di Kota Sukabumi. Berbisnis kue moci menjanjikan karena tak butuh modal besar, bahan baku mudah didapat, dan cara membuatnya sederhana.

Ternyata, kue moci mampu menggairahkan ekonomi warga setempat. Kini, tempat penjualan kue moci tersebar di berbagai tempat di kota yang memiliki banyak bangunan kuno itu. Kue tersebut dapat dijumpai di sejumlah pasar swalayan maupun kawasan pertokoan di Sukabumi.

Bagi yang ingin membeli kue langsung dari tangan pembuatnya, bisa datang ke sejumlah tempat pembuatan kue itu di Kota Sukabumi, antara lain di Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Bhayangkara, dan Jalan Ahmad Yani.

Perkembangan bisnis kue moci di Kota Sukabumi itu juga menunjukkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan antar masyarakat beda kultur di daerah tersebut. Karena sebagai sebuah produk budaya, makanan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan budaya suatu masyarakat.

Kini, kue tradisional Tiongkok itu tidak saja digemari masyarakat Sunda, tetapi juga telah menjadi salah satu hidangan khas dari Sukabumi.

MURAH
Hingga menjelang Lebaran, para produsen penganan tersebut masih belum berniat aji mumpung dengan menaikkan harga jual kue itu kendati pesanan membeludak.

Selama bulan Ramadhan tahun ini, permintaan masyarakat terhadap kue moci makin tinggi. Perusahaan Dagang Lampion di Jalan Bhayangkara, Sukabumi, misalnya, jumlah permintaan kue moci meningkat hingga lebih dari 50 persen dibandingkan dengan hari biasa.

Jika pada hari biasa jumlah kue moci yang terjual mencapai 1.000 keranjang per hari, pada bulan Ramadhan ini volume penjualan mencapai 1.500 keranjang per hari. "Permintaan tahun ini sangat meningkat dibandingkan dengan bulan puasa tahun lalu. Dulu, penjualan selama bulan puasa hanya 200 keranjang per hari," kata Ny Nanti (26), pemilik PD Lampion yang memproduksi kue moci.

Menjelang Lebaran, permintaan terhadap kue moci terus meningkat. Akibatnya, persediaan kue di sejumlah tempat produksi kue moci sudah keburu habis pada siang hari. Para pekerja di tempat produksi kue moci itu pun terpaksa bekerja hingga malam untuk memenuhi pesanan para konsumen.

Misalnya, di tempat produksi kue moci di Jalan Otto Iskandardinata pada Selasa (18/11) lalu, persediaan kue telah habis selepas pukul dua siang sehingga sekelompok perempuan berseragam pegawai negeri sipil yang datang ke tempat itu terpaksa pulang dengan tangan kosong.

Banjirnya pesanan kue moci menjelang Lebaran dan saat mudik Lebaran diakui Nyonya Kokoy (43), pemilik usaha kue moci di Jalan Otto Iskandardinata, Sukabumi.

Banyak pelanggan dari luar kota yang memesan kue moci lewat telepon kepada produsen kue moci langganan mereka agar tidak kehabisan. "Kalau menjelang Lebaran, banyak karyawan yang beli kue moci untuk oleh-oleh waktu mereka mudik. Kalau pembeli dari luar Sukabumi biasanya beli kue moci saat akan balik ke rumah setelah mudik," ujarnya.

Kesohoran kue moci dari Sukabumi itu juga sampai ke telinga kalangan selebriti. Pada saat liburan Lebaran, banyak artis yang singgah ke kota tersebut untuk memborong kue moci hingga puluhan keranjang, antara lain Thomas Djorgi, Maudy Kusnaedi, Novia Kolopaking, dan sejumlah artis asal Sukabumi.

Nanti mengungkapkan, seorang tetangganya yang kerja di salah satu stasiun televisi swasta juga akan membawa sejumlah artis ke tempatnya berjualan saat libur Lebaran nanti setelah selesai shooting di Kawasan Puncak.

Gairah para produsen kue moci menyambut Lebaran itu menunjukkan betapa makanan mampu memberi penghidupan bagi masyarakat. Selain memberi manfaat secara ekonomis, kue tersebut juga mempererat hubungan antarpribadi masyarakat kota kecil yang menjadi jalur lintasan Bandung-Jakarta itu.

Saat mencicipi kue moci pada Lebaran nanti, kita serasa disadarkan betapa nikmatnya memiliki saudara dengan beragam budaya. (EVY RACHMAWATI)

Jelang Bulan Ramadan

Pedagang Kue Naikkan Harga


Tingginya harga bahan makanan saat ini, memaksa pedagang untuk pandai mensiasati usahanya agar usaha tetap berjalan. Tak terkecuali pedagang kue tradisional yang berada di kawasan Pandansari.

Hasnah misalnya, gejolak harga kenaikan tepung, minyak goreng, menyusul kenaikan bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu. Lalu, mengharuskan dirinya menjual Rp 1000/potong untuk kue dagangannya, dari harga Rp 750/potong. "Kalau tidak begitu, mana bisa nutup modal, mana harga bahan makanan naik terus," ujarnya saat ditemui Metro, Selasa (12/8) kemarin.

Keluhan yang sama juga datang dari rekan kerjanya yang kerap menitipkan kue dagangan di lapak yang berada tepat di depan Masjid Manuntung, Pandansari. Biaya produksi yang meningkat membuat para pengrajin kue menaikkan harga. "Pembuat kue yang paling merasakan susahnya saat harga naik begini, apalagi kalau kuenya nggak habis," lanjut ibu empat anak yang mengandalkan berdagang kue sebagai sumber pendapatan bagi keluarganya.

Beruntung kawasan tempat berdagangnya tidak pernah sepi dari pembeli. Didominasi kue titipian pembuat kue tradisional, Rp 300 adalah keuntungan yang didapat untuk satu potong kue yang dititipkan para pembuatan penganan berbagai jenis sebagai jasa yang didapat dari membantu menjualkan kue titipin tersebut.

Senada dengannya, Farida juga merasakan hal yang sama. Tingginya harga kebutuhan pokok belakangan ini melahirkan rumus jitu agar bisa tetap berjualan kue. "Serba salah juga, di satu sisi harga semua naik, disisi lain kita juga tidak bisa langsung menaikkan kue dengan harga tinggi, pembeli bakal protes nanti," ujar Farida, pedagang kue tradisional di lokasi yang sama yang juga menjual kue seharga Rp 1.000/potong.

Banyaknya jenis penganan khas yang ditawarkan, bahkan mampu memancing selera makan pembeli, harga tersebut menurut sejumlah pedagang setempat bukan masalah bagi pembelinya. Untuk menjaga hubungan tersebut, meski memperkecil ukuran kuenya, kualiatas menjadi modal utama mereka pedagang minoritas di wilayah Pandansari ini.

Tak pandai memadukan antara harga dan rasa dari penganan yang ditawarkan serta ukuran untuk satu potong kue, akan berakibat fatal bagi mereka, ditinggal pembeli, menjadi resiko tersesarnya. "Akhirnya saya putuskan, nggak usah untung banyak yang penting setiap hari dagangan saya habis, itu saja," ujar Farida.

Layaknya pedagang lain, harga yang dipatok penjaja kue yang baru berjualan saat matahari mulai meninggi atau tepat pukul 14.00 wita, akan mengalami perubahaan menjelang Ramadan tiba. Diprediksikan, satu potong kue tradisional bakal mencapai Rp 1250/potong atau dijual Rp 2.500 untuk dua potong kue. "Tapi semua itu tergantung harga bahan makanan nanti, kalau puasa nanti harga naik otomatis kita juga menaikkan harga. Yang jadi masalah, setiap puasa harga naik terus, jadi ada kemungkinan harga kue naik juga," jelas Hasnah gamblang.

Berpendapatan rata-rata Rp 50 ribu/hari belum termasuk saat penjualan sedang ramai, saat ini para pedagang kue setempat tengah mempersiapkan diri menghadapi datangnya bulan Ramadan. Misalnya, menyiapkan peralatan yang akan menunjang proses pembuatan kue khas yang berasal dari berbagai daerah. Termasuk memperbanyak jumlah dagangan saat Kamis tiba, mengingat di hari tersebut, aktivitas keagamaan kerap mendongkrak penjualan kue para pedagang.

"Biasanya kalau ada acara Yasinan, siangnya banyak orang yang memborong kue. Nah, sebelum puasa masih ada tiga kali Kamis lagi, itu dulu yang kami siapkan," pungkas Hasnah. (bm-3)

Bisnis-Bisnis Jelang Ramadhan (BAG II)

Kue Kering Berprospek Basah

Walau permintaan kue kering meningkat hanya saat ramadhan menjelang lebaran, Hendaryati mengaku dapat meraup untung bersih 10 juta dari bisnis yang baru dimulainya empat tahun lalu ini.

Bertempat di jalan Hang Tuah nomor 312 Rejosari Pekanbaru, Hendaryati memulai usaha jualan makanan ringan sejak 1997. Bermula dari modal 15.000 rupiah, ibu empat anak ini memulai membuat berbagai macam keripik yang dijajakan keliling kota.

Hingga suatu hari, sekitar empat tahun lalu termasuk tahun ini, Hendaryati berusia 40 tahun ini mendapat penghasilan tambahan dari bisnis barunya yaitu membuat kue kering.

“Sejak saya bergabung dengan Himpunan Industeri Kecil Makanan dan Minuman (Hikmari), saya mulai mengenal dan memproduksi kue kering ini dengan modal awal sekitar tiga jutaan,” sebut Hendaryati.

Menurut Ibu empat orang anak ini, dengan modal mencapai empat juta tersebut, dirinya bisa memperoleh keuntungan bersih sekitar 10 juta rupiah. “Pengalaman tahun lalu, dengan modal sekitar empat juta, omset dari penjualan setelahnya cukup baik dan mendapat laba bersih sekitar 10 juta,” kata Hendaryati.

Kue buatan Hendaryati selain pemasarannya telah merata tersebar di seluruh kabupaten/kota di Riau, juga mulai diminati oleh provinsi lain diluar Riau. Sedang proses produksinya, Hendaryati mengaku tidak banyak memakan tenaga kerja dan peralatan khusus selain oven bertenaga gas, pemanggang yang berskala sedang dalam satu kali masak.

"Tenaga kerjanya, ya kita sama anak-anak dan kalau lagi banyaknya pesanan kita mencari tenaga kerja tambahan dari luar tiga orang lagi," terang Hendaryati pada RiauInfo, Selasa (2/10) di Pekanbaru.

Jika hari diluar ramadhan, usaha Hendaryati tetap berjalan dengan produksi berbagai macam keripik yang telah dimulainya sejak 1997 lalu dan telah dikemas dengan menarik, sehingga keripik renyah sentuhan Hendaryati ini bisa ditemukan di beberapa swalayan, minimarket dan pasar di Pekanbaru.(Surya)

Peneliti Temukan Metode Olah Jeruk Siam Jadi Minuman Segar

Peneliti di Citrus Center Kalimantan Barat telah menemukan metode yang tepat untuk mengolah buah jeruk siam menjadi minuman segar yang kadar pahitnya amat rendah.

“Untuk pengembangan selanjutnya, akan menggunakan mesin khusus yang mampu mengolah buah jeruk dalam skala banyak,” kata Kepala Dinas Pertanian Kalbar, Hazairin, di Pontianak, Rabu (13/8).

Saat ini, lanjutnya, tengah dilakukan uji coba produksi dan hasilnya minuman sari buah jeruk siam dalam kemasan botol ukuran 220 mililiter. Hazairin menjamin minuman tersebut tidak diberi zat pemanis tambahan karena hanya mengandalkan kadar gula alami di buah.

Ia menargetkan produksi per hari akan mencapai 10.000 botol dengan kebutuhan jeruk ribuan ton. “Terutama untuk buah jeruk dengan ukuran kecil karena sekitar 30% dari produksi petani masuk kategori itu,” kata Hazairin.

Sasaran penjualan kalangan level menengah dan bawah. Selama ini, petani jeruk di Kalbar terkadang terpaksa membuang buah yang ukurannya kecil dan tidak terjual sewaktu panen raya karena harga jauh di bawah biaya produksi.

Dinas Pertanian Kalbar tengah mengusulkan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) terhadap produk olahan dari jeruk siam tersebut ke Departemen Hukum dan HAM. “Untuk nama, sudah dipatenkan yakni Borneo Citrus,” katanya.

Ia menambahkan, secara resmi, minuman tersebut akan diperkenalkan secara luas pada Oktober 2008 di Citrus Center dengan dihadiri Menteri Pertanian, Anton Apriyantono.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalbar dalam situsnya menyebutkan bahwa jeruk siam merupakan komoditas unggulan dan komoditi primadona Kalbar yang dikenal dengan sebutan “Jeruk Pontianak”, kendati sebenarnya berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Sifat khas jeruk ini yaitu manis rasanya, tipis kulitnya, dan licin mengkilat.
Jeruk Siam ada di Kalbar sejak Tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari China. Hingga awal tahun 1950, jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 hektar. Namun tahun 1960 sebagian besar pohon ditebang karena terserang penyakit.

Pada tahun 1979, perkebunan jeruk siam dikembangkan kembali dan sampai tahun 1996 mengalami masa kejayaan yaitu mencapai 10.000 hektare lebih dengan produksi 26.000 ton per tahun.

Setelah tahun 1996, jeruk siam anjlok sebagai akibat dari monopoli sistem tata niaga sehingga harga di tingkat petani jatuh dan Total Revenue (TR) tidak cukup membiayai total cost (TC). Petani kemudian membiarkan pohon jeruk meranggas mati karena tidak terpelihara dan diperparah akibat serangan hama penyakit.

Kini, minat petani untuk kembali menanam jeruk siam semakin tumbuh dengan sebaran tidak hanya terfokus di Kabupaten Sambas saja melainkan juga Kabupaten Bengkayang. (ant)

Siklus Kebutuhan Baju Muslim Menjelang Puasa

GELIAT produksi baju muslim dan asesorisnya sudah mulai menggeliat. Ini merupakan siklus tahunan dari industri garmen, khususnya produk muslim.


Sebagaimana bisnis lainnya, adakalanya permintaan dibawah normal, normal dan diatas normal. Semuanya adalah hal yang sangat wajar. Dalam bisnis baju muslim, permintaan meninggi dimulai 2 bulan menjelang Ramadhan. Masa-masa ini biasanya konveksi, butik & rumah produksi menaikkan tingkat produksinya dengan sangat signifikan.

Bagi agen lain lagi, 2 bulan menjelang Ramadhan aktifitasnya adalah melakukan stock barang secara maksimal. Ini dilakukan sebagai persiapan naiknya demand saat menjelang puasa dan umumnya terjadi lonjakan harga yang signifikan.

Bagi peluma bisnis baju muslim, saat menjelang Ramadhan adalah saat yang tepat membuka usaha. Mengapa demikian, ini sesuai dengan hukum supply-demand, disaat supply lebih kecil daripada demand, tentu akan memudahkan mendorong naiknya brand usaha Anda.

Untuk mengantisipasi lonjakan ini, ada baiknya melakukan langkah-langkah berikut ini, agar nanti tidak terkejut-kejut.


1. Lakukan peningkatan stok barang untuk mengantisipasi lonjakan harga dan kelangkaan produk baju muslim saat Ramadhan dan Lebaran. Pembelian jauh hari menjelang Ramadhan sangat dianjurkan, karena harga belum melonjak seperti halnya menjelang Ramadhan.

2. Mulai saat ini, meskipun belum ada lonjakan drastis kebutuhan baju muslim, langkah yang tepat adalah melakukan promosi. Manfaatnya, jika nanti kebutuhan pasar meningkat toko anda sudah ada di benak calon pelanggan.

3. Variasikan produk Anda, biasanya untuk hari-hari biasa umumnya kebutuhan baju muslim yang laris adalah baju muslim & jilbab. Tetapi untuk menghadapi Ramadhan kebutuhan pelanggan akan semakin bervariasi, mulai dari kopiah, sarung, sajadah & mukena biasanya mencapai booming.

4. Lebih baik menyimpan barang daripada uang. Mengapa demikian, karena menjelang Ramadhan biaya bahan baku dan ongkos produksi meningkat. Selain itu, kualitas barang yang dibuat jauh sebelum Ramahan umumnya jauh lebih bagus dari pada saat Ramadhan. Karena umumnya konveksi akan melakukan lembur sehari penuh sehingga quality control terhadap produk kurang begitu maksimal.

5. Jalin jaringan pemasok mulai saat ini, karena saat Ramadhan pemasok baju muslim banyak kehabisan stok barang. Dengan banyaknya pemasok, akan memudahkan kita mencari barang saat barang demikian langka.

Demikian tips menjelang Ramadhan, semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam menempuh bulan suci ini.

Barakallah,


Amir Fauzi
Owner Grosirbagus
http://www.grosirbagus.com/
Spesialis Grosir Baju Muslim Bandung


Bisnis – Bisnis Jelang Lebaran

Asyiknya Meraup Untung Dari Pakaian Murah


Sejak jaman dahulu, Hari Raya Idul Fitri (lebaran) selalu diidentikan dengan baju baru. Karenanya, menjelang lebaran tiba pasar dan pusat perbelanjaan selalu sesak dengan konsumen yang hendak membeli baju yang akan dikenakan saat moment khusus itu tiba. Hal ini tentu menjadi peluang yang menguntungkan bagi Anda yang berminat memanfaatkan usaha musiman ini. Asal harga murah dan bisa mengikuti trend, dijamin produk yang Anda tawarkan laris manis. Berikut liputan tim Info Usaha untuk kami persembahkan menjelang Ramadhan.



BAJU baru merupakan hal yang istimewa dipakai pada saat hari istimewa. Itulah kesan pada saat Hari Raya Idul Fitri. Termasuk pada tahun ini, kita juga telah mendekati bulan Ramadhan, otomatis setelah puasa selama sebulan, kita (umat Islam) akan merayakan hari kemenangan melawan hawa nafsu.


Tidak hanya kemenangan melawan hawa nafsu, untuk melengkapi ibadah Ramadhan, tradisi yang telah berkembang adalah dengan melakukan silaturrahmi, yaitu berkunjung ke rumah saudara. Hal ini tentu menjadi moment yang baik untuk memberikan sesuatu yang ‘istimewa’, berupa baju baru dengan tren dan mode yang lagi digandrungi.


Fenomena ini tentu menjadi peluang tersendiri untuk menjadikan usaha selama menjalankan ibadah Ramadhan. Sebagian besar umat muslim akan berlomba-lomba untuk membeli baju baru. Bagi Anda yang tertarik untuk berbisnis baju menjelang Idul Fitri, saat merintis sekarang sudah cocok, pasalnya lebaran masih sekitar sebulan lagi baru tiba. Jadi tidak ada salahnya kalau sekarang memulai menekuni bisnis ini. Meski tergolong bisnis musiman, tidak jarang mereka yang sudah terlanjur asyik dengan bisnis ini kemudian menggelutinya menjadi bisnis yang lebih profesional. Apalagi harga yang ditawarkan ditingkat grosir sungguh sangat fantastik, ditingkat ini biasanya pedagang hanya mengambil keuntungan sekitar 10-15 prosen. Jadi keuntungan pengecer lebih besar lagi.


HARGA MURAH. Untuk dapat diterima dikalangan pembeli, tentunya diperlukan tingkat kejelian yang tinggi. Salah satunya adalah mencari barang dengan harga yang relatif lebih murah dengan kualitas yang cukup baik.


Dengan modal ini kita dapat menyedot pembeli sebanyak-banyaknya, disamping lokasi yang startegis dan promo yang gencar. Apalagi jika hal itu ditunjang dengan modal, maka bisa jadi akan dapat harga yang spesial. Maksudnya, jika membeli dengan banyak barang, tentu harganya lebih miring.


Sasaran pembeli juga harus diperhatikan. Jika kita memilih harga baju yang kita jual murah, maka sasaran pembeli adalah mereka yang berada pada golongan menengah ke bawah. Meski kadang juga kalangan menengah ke atas yang menyukainya. Dengan berpatokan pada hal tersebut, maka tempat yang kita jadikan jualan pun harus disesuaikan. Sehingga calon pembeli tidak canggung untuk masuk ke lokasi toko kita.


TREN MODE. Dalam berbisnis baju menjelang Idul Fitri, perlu diperhatikan adalah tren mode yang lagi ’in’ saat ini. Jika kita tidak mengetahui hal itu, maka dikhawatirkan baju yang kita jual tidak laku. Karena saat ini sebagian besar remaja sudah mengetahui apa tren saat ini, meski mereka kadang tidak mempedulikan soal harga.


Tidak hanya soal baju, kerudung dan asesoris lainnya pun layak Anda pajang di etalase toko (butik) Anda. Bagaimanapun juga asesoris sangat mendukung setiap penampilan seseorang. Terutama remaja, lebih suka memakai asesoris atau pernak-pernik yang cocok diusia mereka.


Untuk itu, sebelum terlambat, ada baiknya Anda merencanakan dari sekarang. Namun demikian, jangan lama-lama dalam memikirkan sebuah usaha. Karena jika terlalu lama, bisa jadi yang Anda pikirkan juga dipikirkan orang lain. Dan yang lebih parah lagi, jika orang lain dis ekitar Anda sekali memikirkan, setelah itu bertindak.


Ada pertanyaan? Atau Anda ingin pasang iklan? Silakan ajukan ke: chabib78@gmail.com



TEMPAT-TEMPAT KULAKAN

Pasar Baru Bandung

Lestari Kerudung

Pasar Baru Lt Dasar 1 Blok M1 No 11 – 12 Bandung, Telp. 022 – 424 5689, 70726188


Kerudung Mery Jaya

Pasar Baru Basement I Blok A No 10 Bandung, Telp. 0813 2227 5760


PD Elie Busana

Pasar Baru Lt Dasar 1 Blok P No 8 – 12 Bandung, Telp. 022 – 424 5155, 424 5151


PD Ratna

Pasar Baru Lt B1 B-51 Bandung, Telp. 022 – 424 6524

Nurhasanah: 022 – 424 51751


Shefia Collection

Pasar Baru Lt D1 Blok H Bandung, Telp. 022 – 4245 146, 0815 7392 0216


Mal Tanah Abang Jakarta

Toko Sejiwa Collection

Lantai Dasar Blok F2 No 1 Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat, Telp. 021 – 39840058, 94798374


Toko Efi Scraf

Blok F2 Lt Dasar Los CKS No 31 Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat, Telp. 021 – 70977566 HP: 0856 906 1237


Pasar Tasik Tanah Abang Jakarta

Toko Gudang Bergo

Jl Jati Baru 10 No 5 Pasar Tasik – Tanah Abang, Telp. 0813 99288376, 0856 91465937

Minggu, 20 Juli 2008

Trik Produsen Tahu; Potong Jalur Distribusi

Oleh: Roro Sawita

Awal Januari 2008, tahu dan tempe menjadi pembicaraan public. Kali ini bukan kisah orang keracunan tahu atau ada bakso tahu yang berformalin. Tapi soal harga kedelai yang naik tajam. Praktis, harga tahu dan tempe ikut naik. Bahkan makanan murah kaya protein milik orang miskin ini sempat hilang dari peredaran.

Melambungnya harga kedelai disebabkan kenaikan pasokan kedelai impor dari Amerika dan Brazil. Belum lagi ada importir nakal yang menumpuk bahan baku. Menurut Wiji, pengusaha tahu tempe di Jl Pedungan gang Melati no 20, Denpasar, produsen memang menggantungkan usahanya dari kedelai impor. Untuk kota Denpasar, mereka membeli dari koperasi Multi Makmur di jl Kebo Iwa. Para pengusaha itu bukannya tidak mau menggunakan bahan lokal. Namun disinyalir kedelai lokal memiliki kualitas yang tidak baik dan sulit dicari karena tergantung musim. “Kedelai lokal adanya musiman dan hasilnya juga tidak bagus,” ungkap Wiji.

Terhitung 11 Januari 2008 harga kedelai mencapai Rp 7600/kg. Dua minggu sebelumnya 7400/kg. Harga tersebut mulai merangkak naik pasca lebaran tahun lalu. Sedangkan normalnya berkisar Rp 4000/kg. Kenaikan tersebut memaksa para pengusaha tempe tahu melakukan penghematan di sana sini. Biasanya pembelian kedelai dilakukan dalam partai besar. Sekali beli mereka bisa sampai satu ton untruk produksi seminggu. Sekarang hanya dapat membeli sekarung untuk sehari atau dua hari. Penghematan juga dilakukan pada besarnya ukuran tempe tahu. Ukurannya kini makin kecil dan menipis. Yang turut menyelamatkan usahanya, lanjut Wiji, adalah penggunaan bahan bakar. Kebanyakan pengusaha tempe tahu di Denpasar tidak menggunakan gas LPG namun serbuk kayu gergaji yang dibeli seharga Rp 1.000 per karung. Ampas tahupun turut membantu karena bisa dijual sebagai bahan pangan ternak babi dengan harga Rp 3.000 per karung.

Senada dengan Wiji, Sampir pengusaha tempe tahu di Jl Pulau Saelus, Denpasar turut mengalami hal serupa. Ia tidak berani menaikan harga jual karena sebelumnya tidak ada kesepakatan antar pengusaha. Bila menaikan harga sepihak maka ia ketakutan pelanggannya lari ke penjual lain. Proses pemotongan jalur penjualanpun turut dilakukan. Jika dulu para produsen bisa menjual pada pengecer maka sekarang mereka menjual langsung pada konsumen. “Sekarang susah kalau jual ke orang yang mau ngecer, mau dijual berapa. Untungnya saja sudah kecil, yang penting usaha saya bisa jalan saja,” kata Sampir.

sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu3-qnFTI9a0AlQQ1n52HshLHN5tyxPUAkghsFWEopsUqZAvd5fZtgn9liJe9ppXoROZfAe88il6K2DaDlVZ-rOpKHW1uquhZVtFWXc-wyV0UlCqZinAhuetzmCZjanjoSc-ocS9jBKsE/s1600-h/3+JUAL+TAHU.jpg

Unggul Dengan Kaos Sendiri

Oleh: Wayan Nita

Tidak semua orang dikaruniai kejelian membaca peluang usaha. Sikap dasar kreativitas dan inovasi adalah kunci awal mengembangkan usaha tertentu. Lalu dipupuk kerja keras, ketekunan dan kesabaran.

Gusti Ngurah Anom salah satu putera daerah yang jeli memanfaatkan arus wisatawan yang berkunjung ke Bali. Dalam benaknya tergambar bisnis cinderamata alias oleh-oleh khas Bali. Setelah puas menikmati keindahan alam dan pesona budaya Bali, wisatawan akan mencari oleh-oleh untuk sanak keluarga, sahabat maupun teman-teman.

Lalu pria yang akrab dipanggil Pak Cok mulai menggarap segmen oleh-oleh berupa baju kaos khas Bali. Pemilik KRISNA Oleh-Oleh ini, awalnya belum terpikirkan membuat pusat oleh-oleh di Denpasar. Sebelumnya ia hanya mempunyai pusat konveksi yang juga beralamat di Jl. Nusa Indah No 77 Denpasar. Berdasarkan pengalaman banyaknya wisatawan yang membeli oleh-oleh berupa baju kaos malah terpikir oleh Pak Cok untuk membuat pusat oleh-oleh. “Yang membedakannya dengan pusat oleh-oleh lainnya adalah dengan adanya kaos buatan Cok Konveksi milik kami. Dan kaos tersebut lebih main ke karikatur,” ungkap Pak Cok.

Pernak-pernik khas Bali tersedia di KRISNA, seperti aneka camilan, kaos anak-anak dan dewasa, batik, tas kreasi, alat musik klasik, aksesoris pria dan wanita, bedcover, lukisan, kain pantai, layang-layang, pernik kayu, sandal sepatu hingga frame foto. Harga pun bervariasi mulai dari seribuan hingga ratusan ribu. Meskipun harganya murah, lanjut Cok, tapi barangnya berkualitas karena diambil langsung dari produsennya di Gianyar. Pusat oleh-oleh yang mulai buka pukul 09.00-22.00 WITA ini sangat mengedepankan kualitas barang dan servis pelayanannya. Hal tersebut terlihat dari kerapian tempat yang disusun beraturan juga karyawannya yang menggunakan seragam. Pemakaian seragam ini, tegas Cok, adalah untuk membedakan antara tamu dengan karyawan dan agar terlihat lebih rapi.

Tempat yang nyaman namun jauh dari keramaian tak membuat KRISNA kekurangan pengunjung. Banyak wisatawan yang berdatangan untuk membeli oleh-oleh atau sekedar jalan-jalan. Meskipun di Bali sendiri sudah ada pusat oleh-oleh terkenal yaitu Sukawati bukan berarti dengan didirikannya KRISNA bisa mengurangi omset penjualan barang di Sukawati. Karena menurut Cok, pasar wisatawan sudah terbagi-bagi dan semua kembali ke wisatawannya sendiri mau belanja oleh-oleh di mana. )***

Panorama Glamoritas Di Daerah Tegal Boto


OLEH: AF Romadhona*

KESAN glamour dan mewah sepintas terbersit dibenak seseorang kala melintas di daerah Tegal Boto, Kecamatan Sumbersari, Jember, jawa Timur. Panorama dengan suguhan pernak-pernik khas sebuah kota seakan tidak bisa dihindari. Beberapa kompleks pertokoan busana tampak memadati pinggiran Jl Jawa dan Kalimantan. Sesekali ada lokasi hiburan berupa cafe, rental VCD, Playstation maupun multiplayer. Jika yang melintas bukan orang asli Jember atau orang yang baru pertama kali bertandang ke kawasan itu, pasti bertanya-tanya. Mereka mengira jika daerah Tegal Boto adalah pusat perbelanjaan dan rekreasi masyarakat Jember.

Yang justru menggelisahkan, aneka pertokoan yang ada tidak mendukung keberadaan pelajar atau mahasiswa yang menuntut ilmu di sekitar kawasan. Apakah benar Tegal Boto sebagai pusat rekreasi untuk masyarakat Jember? Ya, bisa benar dan bisa tidak. Benar karena fakta memang demikian. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan busana atau pelengkap penampilan dalam ragam gaya yang tidak ada di tempat lain, bisa didapat di kawasan itu. Di daerah ini pun masyarakat bisa akrab dengan wisata belanja.

Tidak benar bila Tegal Boto sebagai lokasi rekreasi. Ada argumentasi yang menyatakan, kawasan itu sebagai wilayah pendidikan. Argumentasi ini bukan asal bicara, tetapi berdasar pada SK Bupati Jember 1987 yang menyatakan Tegal Boto sebagai kawasan pendidikan (Ideas, edisi XVII). Jika aturan sudah ada, penegak hukum pun harus ada sebagai penjaga aturan. Lantas, mengapa faktanya justru sangat kontras? Itulah salah satu potret buram kisah penegakan hukum di Indonesia.

Selain pemerintah, bagaimana dengan masyarakat sendiri? Bagaimana dengan mahasiswa maupun pelajar yang tinggal di Tegal Boto? Adakah kerisauan yang ditunjukkan dengan aksi-aksi intelektual? Yang menguat, justru semua pihak merasa nyaman dengan kondisi sebenarnya. Yang bakal terteguh adalah kekhawatiran selintir pihak atas terbentuknya negara pasar dan bangsa konsumen, -- negara yang merealisasikan sendi-sendi ekonomi pasar. Siapa yang bermodal kuat terus meneguhkan keberadaan modal. Atau bahkan justru monopoli pada sektor-sektor tertentu. Sedangkan bangsa konsumen? Ya, sebatas bangsa yang hanya berpangku tangan kala diajak untuk berkreativitas tapi begitu giat menggunakan hasil industri.

Mengapa terwujudnya negara pasar dan bangsa konsumen menjadi sangat membahayakan bagi kehidupan bernegara? Distribusi sumber daya yang sejatinya untuk kemaslahatan masyarakat luas hanya dinikmati segelintir golongan. Sedangkan untuk masyarakat tinggal menjadi masyarakat candu yang berkarakter ketergantungan. Jika masyarakat memiliki tingkat ketergantungan tinggi pada pihak luar maka tibalah waktunya penjajahan gaya baru alias penjajahan ekonomi.

Memahami betapa berbahayanya budaya konsumerisme yang akhirnya akan mewujudkan negara pasar dan bangsa konsumen, maka belum terlambat kiranya semua pihak membangun tekad untuk terus mengasah kreativitas. Pada tahun-tahun jelang ekonomi pasar bebas, masyarakat harus membentengi diri dengan aktivitas ekonomi yang berskala mikro. Setiap anggota masyarakat harus mampu melakukan produksi. Industri harus digiatkan sampai pada struktur masyarakat terendah sekalipun, -- rumah tangga. Dengan cara itulah, diharapkan tercipta masyarakat yang berkemandirian dan mampu menciptakan kesejahteraan sendiri. (Mahasiswa FISIP Universitas Jember)

Kerajinan Kepompong Ulat Sutra

Isi Waktu Luang Yang Produktif


OLEH: NI WAYAN NITA

Ulat sutra identik dengan benang yang disulam menjadi kain cantik dengan harga mahal. Tapi siapa sangka, rumah ulat sutra atau kepompong juga dapat menghasilkan uang. Di tangan Suandewi, pemilik Suvanahana Cocooncraft, kepompong ulat sutra diubahnya menjadi perhiasan unik nan cantik. Untuk mendapatkan kepompong tidak terlalu sulit karena Suandewi punya tenaga pengepul. Baik ulat sutra murbei yang dibudidayakan maupun yang hidup di alam bebas. Dan kebanyakan kepompong tersebut didapatkannya dari Sulawesi dan Jawa.


Berawal dari kesukaanya membuat barang kerajinan, Suandewi mulai tertarik dengan kepompong. Karena ulat sutra hanya dimanfaatkan benangnya saja, sedangkan kepompongnya dibuang dan menjadi sampah. Jiwa seni dan jiwa dagang yang dimiliki Suandewi sejak kecil, membuat istri dari Budi Darma ini memanfaatkan kepompong yang dibudidayakan di Sulawesi dan Jawa. Waktu luangnya sebagai ibu rumah tangga diisi dengan membuat aneka perhiasan dari kepompong tersebut. Perhiasan pertama yang dihasilkan awalnya hanya digunakannya sendiri tapi lama kelamaan banyak temannya yang memesan.


Kepompong yang diperolehnya dari pengepul diubahnya menjadi aneka macam perhiasan. Seperti, jepit rambut, kalung, cincin, bros, giwang, hiasan sanggul, hiasan sandal hingga kap lampu. Hanya dengan harga Rp 12.000 - Rp 85.000, perhiasan cantik dari kepompong sudah bisa didapat. Tidak hanya perhiasan dengan warna asli kepompong saja (putih dan keemasan), tapi juga beraneka macam warna. Dibantu dua belas tenaga produksi, Suandewi, ibu dua anak ini membuat sendiri perhiasan tersebut dengan cara manual.

Menurut Suandewi, perhiasan yang dihasilkan awalnya dijual satu tempat dengan toko kelontong milik ibunya. Semula tidak ada keinginan untuk membuka galeri, lanjut Suandewi, tapi karena perhiasan yang dibuat semakin banyak dan pengunjungnya juga ramai. Terpaksa akhirnya membuka galeri di depan rumah, di Jl Pulau Misol Gg. VIII/5 Denpasar. Berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, kini galeri milik Suandewi ramai dikunjungi tamu. Tak hanya dari dalam negeri, tamu asing pun banyak yang membelinya sebagai cinderamata. )***


Sumber: http://bisnis-koranpakoles.blogspot.com/2008_03_16_archive.html

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business