Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Minggu, 11 November 2007

Aksesoris Motor Tunggu Investor

Pertumbuhan unit sepeda motor membawa berkah tersendiri bagi bisnis turunannya. Dan selalu tersedia ceruk kosong untuk bisa digeluti.


Populasi sepeda motor di tanah air sudah mencapai angka luar biasa, yakni lebih dari 30 juta unit. Wajar jika kemudian banyak bisnis ikutan yang ikut mendulang keuntungan. Bila diamati bengkel serta penjualan onderdil serta aksesoris menjamur namun setiap hari tidak pernah sepi.


Meskipun pertumbuhan pasar tunggangan beroda dua sempat menciut selepas kenaikan harga BBM juga tidak lantas membuat pasar onderdil maupun bisnis di seputarnya menjadi loyo. Bisnis suku cadang, aksesoris motor, aksesoris pengamanan seperti alarm dan helm, kostum motorcross, spare part racing, bengkel modifikasi, serta perawatan tetap ramai. Maklum, sebagai kendaraan alternatif yang harganya relatif terjangkau, dari waktu ke waktu jumlahnya terus membengkak.


Meski tiap periode tertentu muncul bisnis ikutan dari sepeda motor ini, namun ternyata terus ada celah kosong. Dari sekian banyak produsen aksesoris tanah air pada umumnya lebih tertarik menggarap onderdil maupun variasi motor balap. Maka seperti diungkap oleh Sugeng, pemilik toko penjual aksesoris motor Motorkita di Depok, Jawa Barat, pengusaha lokal bisnis aksesoris dan spare part racing biasanya tidak lain adalah para mantan pembalap itu sendiri. Langkanya pengusaha lokal yang menggarap produk kostum motor biasa itulah yang membuat Sugeng tertarik mencicipi kue yang dilupakan ini.


Kedatangan para supplier barang tidak pasti sehingga muncul gagasan saya untuk membuat produk sendiri bekerja sama dengan para perajin atau home industri di lingkungan sekitar. Maka alhamdulillah, dari omset kecil-kecilan sampai akhirnya dapat menjadi grosir,” kisah Sugeng mengenai latar belakang usahanya sekitar setahun belakangan.


Selain dipajang di tokonya, barang-barang produksi sendiri itu telah dikirim ke toko-toko seluruh Jabotabek serta kepada para pedagang grosir dari kota-kota seperti Cirebon, Jogjakarta, Magelang, Surabaya, Palembang, Medan, Banjarmasin, dan Pontianak. “Meskipun baru setahun, jumlahnya cukup lumayan,” imbuhnya senang.


Mantan karyawan perusahaan bidang konstruksi selama 16 tahun tersebut mulai berbisnis pada akhir 2005. Pada awalnya ia membuka dealer sepeda motor dan baru berkonsentrasi pada aksesoris motor pada pertengahan 2006. Produknya masuk dalam kategori kostum seperti bermacam-macam jenis body kit, cover shock depan maupun belakang, pendingin CVT, tutup kipas motor matic, tutup mesin, borders, underside, tutup radiator, cover knalpot, cover jok, handguard, tas, keranjang, serta produk-produk furnish lain.


Tentu saja yang menarik karena saat ini sedang trend jenis motor jet matic, ia juga sudah membuatkan kostum body kit seperti model Honda Vario, Yamaha Mio padahal di luar produk semacam itu masih jarang.


Namun diakui, kelahiran Semarang tersebut baru melakukan produksi dengan kemampuan terbatas. Itu pun tidak semua jenis aksesoris, sekadar produk berbahan fiber, aksesoris berbahan stainless, logam atau pun tas serta jaket yang bisa dilakukan oleh home industri. Sedangkan yang lain-lain dari bahan plastik, chrome, atau acrylic terpaksa masih produk impor, biasanya didatangkan dari Thailand. Padahal menurutnya kalau ada modal semua bisa dikerjakan sendiri.


Yang mengherankan pabrikan-pabrikan plastik di Indonesia lebih memilih membuat ember, wadah makanan, cangkir, perkakas dari plastik ketimbang melirik pasar otomotif yang pasarnya luar biasa,” Sugeng tidak habis pikir.


Buktinya dengan omset produksi sekitar Rp 100 juta Sugeng dapat menghasilkan ratusan jenis item produk yang laris manis. Diungkapkan, setiap kali produksi lebih dari 90% barang langsung habis diserap pasar. “Setiap kali produksi tidak langsung membuat jumlah besar, tetapi hanya puluhan, setelah habis diambil pedagang kita buat lagi,” akunya.

Dalam penjualan pun Sugeng belum menerapkan manjemen penuh, semisal memakai tenaga pemasaran. Ia merasa belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan pasar, meskipun produksi telah dilakukan kontinyu. Untuk saat ini ia hanya mengandalkan datangnya pembeli ke tokonya atau pesanan dari luar kota. “Kalau memakai sales berapa pun barang saya pasti habis,” jelasnya.

Tetapi sekadar sebagai promosi kecil-kecilan Sugeng acap mendekati klub-klub motor dengan menyediakan subsidi pembuatan jaket kostum bagi yang memesan. Umpamanya mereka memesan jaket seharga Rp 150 ribu, ia memberikan keringanan sebesar Rp 15 ribu sehingga harganya menjadi Rp 135 ribu. Dikatakan, ia membagi pemasaran menjadi empat jalur, yakni masyarakat umum, klub-klub motor, melalui media internet, serta kepada para pedagang langsung.

Sugeng mensinyalir salah satu sebab produknya cepat diterima pasar karena ia tidak mau mengambil kesempatan dengan mengambil untung besar. Diceritakan, sewaktu pertama kali berjualan aksesoris ia masih buta pengalaman sama sekali. Sehingga begitu melihat produk yang ada di pasaran mantan Quantity Surveyor Manager ini segera mengetahui adanya harga yang tidak wajar sebab sekali pegang ia sudah dapat menaksir besarnya biaya produksi.


Harga produk di luar begitu tinggi ada kemungkinan karena ketidaktahuan para pedagang sehingga diberi harga mahal oleh supplier atau importer,” ujarnya sambil menunjuk salah satu barang. Pernah ia memperoleh barang seharga Rp 300 ribu, dan sekarang ia buat sendiri, dijual dengan harga grosir Rp 90-an ribu. Kualitas dan bahannya sama persis.


Sebabnya mantan aktifis ICW -Indonesian Corruption Watch- tersebut mengaku sengaja mengambil profit margin yang tidak terlalu besar kepada pedagang. Setelah dihitung biaya produksi dan lain-lain, harga jualnya paling hanya mengambil keuntungan sekitar 10% . Untung lumayan besar baru diperoleh saat penjualan ritel atau langsung ke konsumen. “Arm Yupiter MX harga pasaran Rp 1,3 juta, setelah saya buat dilempar ke pedagang Rp 300 ribu dan dijual ritel plus pasang Rp 500 ribu,” akunya.


Mengingat keterbatasan modal, pengembangan produk dilakukan Sugeng secara tentatif. Ini dilakukan untuk menghindari kerugian. Tidak semua jenis motor ia buatkan aksesorisnya. Biasanya dari media akan diketahui pasar jenis sepeda motor yang ramai, kemudian baru dibuatkan aksesorisnya sehingga ia yakin produknya akan laku.


Maka apabila tidak terbentur masalah finansial ia berkeinginan menyaingi produk-produk dari Thailand. Menurutnya sangat tidak masuk akal, jutaan unit sepeda motor keluar setiap tahun tetapi produk-produk aksesoris, terutama dari bahan plastik masih impor. Investasi yang diperlukan menurutnya memang tidak murah, berkisar Rp 500 juta bahkan bisa mencapai Rp 1 triliun. Tetapi kalau dibandingkan dengan besarnya pasar ia yakin BEP akan kembali dalam waktu relatif singkat. “Seandainya ada investor yang mau mendanai, wah, seneng banget saya,” ucapnya serius. [pengusaha/wiyono]

2 komentar:

Anonim mengatakan...

prospek untuk penyalurannya(fr yanto)0812-578-1623

RADAR MINGGU NEWS I cerdas I tajam I aktual I mengatakan...

Kpd Sdr Yanto, Kami ingin menanyakan maksud saudara tanya penyalur atau menawarkan saudara jadi penyalur?

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business