Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Sabtu, 23 Juni 2007

Bisnis Sewa Boks Bayi

Bisnis Sewa Boks Bayi
BROSUR KUNING PEMBUKA PINTU SUKSES

Ide unik bisa menjadi lahan usaha yang menguntungkan. Inilah yang dilakukan pria asal Pekalongan. Dengan memasang biaya sewa murah, ia tak pernah kehabisan pelanggan.

Boks bayi memang dibutuhkan ibu yang baru saja melahirkan. Memang, sih, banyak yang berpikir, buat apa beli boks mahal-mahal, toh, cuma sebentar dipakai. Nah, peluang inilah yang ditangkap Imron (33). Dengan cerdik, ia membuka usaha penyewaan boks bayi. Sebuah usaha yang tampaknya seple tetapi mendatangkan hasil yang lumayan.

Ide berbisnis penyewaan boks bayi didapat Imron ketika istrinya, Mutmainah (30), mengandung anak kedua, Early Helga Artanti, September tahun lalu. Waktu itu, Mutmainah tengah hamil delapan bulan. Pasangan yang tinggal di Pekalongan (Jateng) ini sibuk memikirkan boks bayi yang akan digunakan bayinya. Sebetulnya, saat melahirkan anak pertama, Salma Nailatu Syifa (3), mereka sudah punya boks bayi. "Cuma setelah dipinjam kerabat dan tetangga mereka, enggak pernah balik lagi," kisah Imron.

Dari situlah Imron berpikir, "Sebetulnya ibu yang akan melahirkan pasti membutuhkan boks bayi. Kebanyakan orang sekarang juga sudah biasa menggunakannya. Sebab, boks bayi memang praktis, bisa diletakkan di ruang tamu. Para tamu yang ingin menjenguk bayi, tak perlu lagi masuk ke kamar pemilik rumah," katanya.

Imron mulai berpikir untuk bisnis boks bayi. Sempat ia punya ide berjualan boks bayi. "Setelah saya pikir, menjual boks bayi kurang menguntungkan. Sebab setelah anak beranjak besar, boks jadi kurang berguna. Sebagai jalan tengah, saya memutuskan untuk membuka usaha penyewaan boks bayi."

Setelah menghitung untung-ruginya, Imron yakin, usaha ini bisa dijalankan. Ia pun mulai membuat boks bayi. Lempengan kayu yang jadi bahan baku dicarinya di daerah Subah, Kabupaten Batang, beberapa puluh kilometer dari rumahnya. Kurang dari dua hari, ia bisa membuat satu boks bayi yang gampang dibongkar-pasang. Boks itu itu ia sewakan dengan harga Rp 1.000 per hari dengan syarat peminjaman minimal dua bulan. Harga sewa yang menurutnya murah itu, dianggapnya cukup masuk akal.

KLIK - Detail Imron memang berpikir panjang, Jauh-jauh hari pula ia sudah memperhitungkan pesaing yang sangat mungkin muncul. "Nah, bila kelak muncul pesaing, saya yakin mereka akan berpikir dua kali untuk memberikan harga lebih murah dari harga yang saya tawarkan. Ini memang jenis usaha yang mudah ditiru, terutama bila pemasarannya mudah," ujar Imron sambil tersenyum.

BROSUR KUNING
Sebagai langkah awal, Imron membuat lima boks bayi. Untuk memperkenalkan bisnisnya, ia menawarkan di sebuah bazar Ramadan yang diadakan di Pekalongan. Tiga boks dipajang di stan yang ia sewa. Tak ketinggalan, ia juga membagikan satu rim kertas selebaran yang sengaja ia buat berwarna kuning dan membagikannya pada pengunjung. Selebaran itu berisi "iklan" produk jasanya. Kenapa mesti kertas kuning? "Biar orang langsung tertarik dan mudah dikenali," katanya.

Begitulah, setiap malam setelah pameran tutup, Imron sengaja "merazia" lokasi pameran. Ia mencari kalau-kalau brosurnya ditinggal atau dibuang pemegangnya. Setiap brosur berwarna kuning ia ambil. Setelah diteliti, dari sekian selebaran yang terserak, tak ada satu pun brosur boks bayi. "Dari situ saya optimis, brosur saya dibawa pulang. Berarti, bila suatu saat dibutuhkan, pasti akan dicari," ujar pria bertubuh kecil ini.

Hasil pameran tampaknya kurang berhasil. Hanya tiga ibu hamil yang memesan boksnya. Imron ingat betul hari bersejarah dalam bisnisnya, yaitu 15 Oktober 2006. Itulah hari di mana konsumen pertamanya datang. "Ia mengaku tahu usaha ini dari brosur yang saya bagi," kenangnya.

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business