Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Sabtu, 23 Juni 2007

Bisnis Kursi Rotan

Order Membanjir, Produksi Malah Terhenti Total
Sumardin, Perajin Rotan dari Pelepah Pisang di Bontang

ORDER agaknya cukup membanjir. Laki-laki ulet yang masih berusia 28 tahun ini ikut senang. Namun karena tidak memiliki dana serta mahalnya bahan dasar membuat Sumardin menghentikan produksi kursi rotan dari pelepah pisang.

Keahlian tanpa didukung modal, tidak akan bisa jalan. Sama halnya jika punya modal. Begitu juga sebaliknya. Seperti yang dialami Sumardin, suami dari Wiwik Handayani dan ayah dari Fika Almunawarah (3) dan Raihan Ramdani (1,5). Walau dirinya mempunyai keahlian membuat kursi rotan dari pelepah pisang. Karena keunikan kursi tersebut, banyak warga Bontang bahkan dari luar Kaltim yang memesan agar dibuatkan kursi dari pelepah pisang tersebut. Sekadar diketahui, untuk satu kursi dari pelepah pisang ini, Sumardin menjualnya hanya sampai Rp600 ribu saja.

Namun apa daya? Sumardin sangat ingin memenuhi pesanan itu. Tapi berhubung dirinya tak memiliki dana besar dan terbatasnya tenaga manusia, membuat produk usahanya terhenti total.“Susah, saya tidak punya uang yang cukup. Juga kurang tenaga yang bisa bekerja. Belum lagi bahan dasarnya yakni rotan sangat mahal, per bijinya Rp1.500. Padahal untuk satu kursi dibutuhkan ratusan rotan. Selain itu, bahan dasar pelepah pisang agak sulit kami dapatkan,” ujar Sumardin, saat ditemui di Bekled Munawarah miliknya, Jl Pupuk Raya, Bontang.

Sebenarnya, Sumardin sudah mendapat pesanan dari puluhan tempat, namun pesanan tersebut terpaksa diurungkannya. “Bagaimana mau menerima pesanan kalau tidak ada dananya? Kendala lain, saya tak punya alat untuk mengembangkan kursi pelepah pisang. Selama ini hanya pinjam dari PKK Bontang. Tapi kalau harus terus-menerus meminjam, repot,” ujarnya.

Kendala yang tak kalah pentingnya yaitu keterbatasan tenaga. “Orang-orang yang dilatih dulu, semuanya sudah kerja. Tinggal saya sendiri yang wirausaha. Jadi, ya susah juga kalau harus mengajari anak buah lagi,” ujar Sumardin.

Untuk bahan pelepah pisang sendiri, juga menjadi kendala. Menurutnya, pekerjaannya akan mudah bila ada kelompok lain yang menyediakan bahan jadi pelepah pisang. “Jangan mulai dari menebang pohon pisang, sampai menjemur, semuanya saya yang mengerjakan. Seharusnya kita cuma merakit saja, jadi lebih mudah,” keluhnya.

Pernah Sumardin mencoba mencari pelepah pisang mulai dari menebang hingga menjemur, tapi hasilnya cukup lama. “Dulu saya pernah mencoba menjemur pelepah di belakang rumah, sampai seminggu lebih tidak kering-kering. Jadi mau saya, kalau di kebun sana, ada orang yang memang ditugaskan untuk memotong dan menjemur pelepah pisang. Dan saya tinggal merakitnya saja,” katanya.

Jadi karena berbagai kendala itulah, akhirnya bisnis kursi pelepah pisang terhenti dan sementara ini Sumardin tetap meneruskan usaha bekled-nya dengan omzet per hari mencapai Rp5 jutaan.

Keahlian bekled ini didapat Sumardin ketika mengikuti pelatihan tahun 2002 lalu di Disnaker Bontang. “Waktu itu ada lowongan bekled. Saya coba saja daftar. Ternyata yang daftar hanya saya dan teman saya. Padahal diperlukan 20 orang, jadi sisanya diambil oleh Garesi,” katanya.

Walau pelatihan itu hanya 13 hari, berkat kemauan yang keras dan tidak mengenal putus asa, akhirnya Sumardin berhasil memajukan usaha bekleding-nya. Hanya saja sekarang justru terhenti total karena kehabisan modal.

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business