Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Jumat, 03 Agustus 2007

Kap Lampu, Bermodal Rp 15 Ribu Kini beraset Rp 1,5 Miliar

Pasar kap lampu unik masih terbuka luas. Padahal bahan bakunya murah dan mudah didapat sehingga untungnya berlipat-lipat.

Banyak benda di sekitar kita yang semula wujudnya sederhana tak terlalu bernilai ekonomis bisa dijadikan barang komoditi yang laku jual di pasaran dengan harga berlipat-lipat ganda. So keuntungannya mungkin bisa di atas 100%. Semua itu tergantung dari kemampuan kita mengembangkan imajinasi atau daya kreatif pada saat mengolahnya.

Pasir, mika, enceng gondok, keramik, kayu, dan bahan-bahan natural lain di tangan yang tepat seperti Eko Widagdo, hasilnya berupa produk kap lampu yang sangat laku hingga ke manca negara. Mika dibuat berbentuk kap lampu, dilem, lalu ditempeli pasir putih hingga jadilah sebuah kap lampu unik dan menarik.

Itu hanya contoh salah satu produk kap lampu dari bahan sederhana hasil kreatifitas jebolan Fakultas Hukum UGM itu. Ada produk yang terbuat dari kulit kayu, akar kayu, serbuk batu paras, kain, atau enceng gondok. Bahan untuk dudukan lampu juga beragam, misalnya gerabah, kayu mahoni, keramik dan sebagainya. “Bahan baku relatif murah dan bisa mudah didapatkan,” ujarnya.

Usaha pembuatan kap lampu dirintis Eko sejak 1993. Ia mengaku waktu itu menjadi perajin disebabkan kepepet keadaan karena ia merasa kesempatan kerja yang ada semakin sempit. “Saya tidak terlalu idealis harus mengikuti rel akademik yang saya pelajari di bangku kuliah, namun sebaliknya dengan itu membuka wawasan untuk berkarya,” tandasnya.


Sebuah pilihan yang disyukuri apalagi setelah kini menjadi pengusaha sukses. Eko terlahir sebagai anak petani di Ponorogo, namun ayahnya memiliki jiwa seni yang diturunkan kepadanya. Sedangkan jiwa dagang terasah karena ia bersekolah sambil bekerja di toko, membantu usaha milik keluarga dekatnya. Sebagai piatu sejak usia 6 tahun ia pernah dititipkan pada keluarga dekatnya itu. Dikatakannya, modal awal usahanya hanya Rp 15 ribu, yaitu untuk membeli kramik dan plastik. Berkat ketekunan dan kecintaan untuk mengembangkan produk sekarang aset dan modal telah mencapai Rp 1,5 miliar. Ia juga telah memiliki galeri sebagai
showroom penjualan di pusat kota Yogyakarta dengan diberi nama Maheswari.

Selain konsumen lokal, Eko juga banyak melayani pembeli dari luar negeri. Produk kap lampu hias biasanya banyak dipakai untuk kamar hotel, apartemen, rumah mewah, maupun taman. Pelanggan tetap adalah hotel berbintang di Indonesia serta beberapa rekanan yang bergerak di bidang interior furniture. Pasaran lokal kebanyakan adalah Bali, Surabaya, dan Jakarta. Sedangkan pasaran luar negeri sebagian besar Italia, Spanyol, Amerika, dan beberapa negara lain di Eropa dan Asia. “Pasar kami kebanyakan untuk buyer luar negeri. Mereka datang dan mengurus pengirimannya sendiri, saya tinggal buat barang seperti pesanan. Sistem pembayarannya langsung,” ungkapnya.

Untuk produksi saat ini Eko dibantu oleh 16 orang karyawan tetap dan dengan kapasitas produksi 1000 pcs sebulan dengan satu buah model, beromset rata-rata Rp 75 juta. Sistemnya, pembelian bahan baku diolah sendiri dengan cara manual, dibuat sesuai dengan ukuran standar atau yang sesuai pesanan. Beberapa proses juga mempergunakan peralatan mesin untuk membantu mempercepat proses produksi. Harga jual tergantung ukuran mulai dari harga Rp 50 ribu per unit dan seterusnya, tergantung bahan yang akan digunakan.

Karena tidak mengutamakan produk secara massal, Eko bisa membuatkan kap lampu sesuai permintaan pelanggan. Dan hal ini menjadi keunggulan dari produk milik suami Risna Isvantiani ini. Dengan kata lain, pembeli individu bisa menentukan design yang diinginkan.

Di samping itu ia juga terus mengembangkan model sampai ratusan jumlahnya sebagai pilihan. “Desain tersebut idenya mengalir begitu saja,” ucapnya. Ia juga banyak memperoleh referensi dari internet, majalah serta masukan dari istri dan teman-temannya.

“Desain kami cukup beragam, selain asli juga progresif, namun juga fleksibel karena sifatnya merupakan produk hand made, jadi bebas menentukan sesuai dengan permintaan,” tandasnya pula.

Strategi pemasaran dilakukannya dengan above atau pun below the line. Pada awalnya, ia ikut pameran produk dan penyebaran brosur kepada segmen yang menjadi targetnya, seperti hotel, designer, serta buyer, hingga menyediakan situs official di internet.

Keindahan tata ruang salah satu faktornya ditentukan oleh pencahayaan, termasuk keberadaan kap-kap lampu hias dari bahan alami namun berkesan eksotik. Terbukti konsumen dari luar negeri, khususnya dari Eropa sangat menyukainya. “Peluang pasar menurut saya masih sangat bagus asal kita berani membuat terobosan-terobosan atau inovasi,” ujarnya yakin.

Maka untuk pengembangan usaha, khususnya pemasaran ia bermaksud menjalin kerja sama dalam pembukaan outlet-outlet atau cabang baru di luar kota. “Rencananya kami ingin mengajak para investor untuk bisa membantu kami dalam hal pemasaran di mana pun berada dengan membuka outlet, showroom, dan sebagainya,” jelasnya. “Bentuk kerja sama mungkin bisa dengan bagi hasil ataupun dengan kesepakatan yang menguntungkan semua pihak,” tambahnya. Sebuah peluang baru yang layak dipertimbangkan, barangkali ada yang tertarik? [wiyono/pengusaha]

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business