Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Jumat, 03 Agustus 2007

Daging Tiruan Untuk Para Vegetarian

Berkat inovasi yang dilakukan Kasan, kini seorang vegetarian bisa menyantap daging sapi, ikan, udang daging ayam atau daging bebek. Tak percaya? Datanglah ke Restoran Padmanadi.

Apa yang akan Anda lakukan apabila dokter suatu ketika memberikan anjuran untuk menghindari makanan berlemak atau berkolesterol tinggi untuk seterusnya? Artinya mulai saat itu Anda harus mulai melupakan produk-produk hewani, sebagian atau malah semuanya sebagai penghuni meja makan atau cukup mengkonsumsi buah dan sayuran. Istilah vegetarian sejatinya bukan barang baru, tetapi saat ini komunitasnya bertambah luas. Tidak hanya dilatarbelakangi pelaksanaan ajaran agama tertentu melainkan berkembang menjadi gaya hidup yang lebih sehat.


Fenomena itu dapat dilihat dari jumlah situs maupun milis komunitas vegetarian, dari dalam maupun luar negeri terus bertambah. Di situ para anggotanya saling bertukar informasi macam-macam termasuk rekomendasi lokasi belanja yang menyediakan menu vegetarian di berbagai penjuru dunia. Di Jakarta restoran jenis ini juga makin bertambah. “Di utara Jakarta dulu baru ada dua buah tempat, tetapi sekarang terdapat 15 restoran vegetarian,” terang Kasan, pemilik sekaligus pengelola Padmanadi, salah satu restoran vegetarian yang cukup ternama.

Padmanadi berdiri sudah cukup lama dan kini sampai pada generasi kedua. Restoran ini dirintis sejak 1982. Awalnya hanya berupa kedai kecil yang menyediakan berbagai menu vegetarian berbahan sayuran bagi orang-orang yang pantang makan daging. Di samping itu juga melayani kiriman pesanan hidangan pesta ulang tahun maupun pernikahan. Tidak lama berselang, dua atau tiga tahun kemudian usaha tersebut berkembang dan telah menempati bangunan berlantai dua di sebuah kawasan ruko Pluit, Jakarta Utara hingga sekarang.


Menariknya walaupun khusus menyediakan makanan dengan bahan dasar sayuran, jenis-jenis menunya tidak kalah dengan restoran biasa. Di tempat ini pembeli bisa menjumpai beraneka macam olahan daging, ikan, ayam, bebek, udang dan sebagainya. Sebut saja misalnya rendang, perut ikan cah, khong pau chicken, ayam bungkus, bebek peking merupakan beberapa nama menu favorit pengunjung. Disebutkan Kasan, menu-menu masakan yang tersedia terutama adalah resep masakan Taiwan serta masakan Padang. Kaum vegetarian tidak perlu khawatir memesan rendang, sate, atau bahkan bakso atau pun soto ayam karena semuanya menggunakan daging tiruan.

Kasan sedikit membuka rahasia, bahan yang dipergunakan untuk membuat daging palsu tidak lain berasal dari kaki jamur yang berwarna hitam. Setelah direndam, lalu dihaluskan dan diadoni tepung lantas dikukus. Sebelumnya bagian kulit jamur yang berwarna kehitaman dikelupas untuk dicampurkan ke dalam adonan tersebut sehingga dihasilkan warna daging seperti yang dikehendaki. Soal rasa, penyantap daging pun bisa jadi akan terkecoh, hasilnya mirip benar dengan daging asli hingga ke teksturnya saat digigit di mulut.


Menurut Kasan, saat ini produk daging sintetis makin gampang diperoleh, terutama impor dari Singapura. Dengan begitu kebanyakan para pengelola rumah makan vegetarian tidak mau repot dan membeli barang yang telah jadi. Tetapi ia mengaku tetap lebih suka memproduksi sendiri karena beralasan produk kalengan rasanya kurang enak. “Sebanyak 70% bahan dibikin sendiri dan sisanya berasal dari impor. Sebetulnya dulu semua kita buat sendiri, tetapi sekarang karena sudah banyak dijual sehingga hitung-hitungan harganya lebih murah barang luar,” jelasnya.


Selain itu dengan tetap membuat sendiri Kasan juga menjual produk mentah bikinannya seperti ayam goreng, bebek, udang, daging ham maupun jenis-jenis jamur kepada pembeli yang kepengin memasak sendiri. Biasanya dia mengambil keuntungan sekitar 20% dari harga dasar. Misalnya, daging ham mentah modalnya Rp 40 ribu ia jual dengan harga Rp 50 ribu, demikian pula sekilo udang dengan modal Rp 100 ribu dijual Rp 120 ribu. Ia bahkan bisa membuat camilan mirip keripik kulit sapi sebagai oleh-oleh harganya sekitar Rp 120 ribu/ kg. Bahannya terbuat dari
gluten, yakni hasil ‘cucian’ tepung terigu yang digoreng ulang hingga beberapa kali.

Keistimewaan lain resep yang dipakai di restoran tersebut, seperti dijelaskan Kasan, adalah menghindari pemakaian bahan penyedap kimia, termasuk bawang putih. Sebagai gantinya cukup mempergunakan jenis rempah-rempah, serta buah-buahan tertentu diblender dan dicampurkan ke dalam masakan.

“Penyedap memakai wortel, jagung, bengkoang direbus lama dalam panci sehingga air bersisa tinggal setengahnya, itu adalah sarinya,” ungkapnya. “Sop kambing dibuat dari lobak, wortel, kentang, dihaluskan dengan biji pala lalu dimasak hingga 3-4 jam. Baunya wangi sekali, serta rasanya panas dan juga menyehatkan,” tambahnya.

Pria asal Medan ini yakin jumlah konsumen vegetarian akan semakin bertambah. Orang-orang semakin mengerti pentingnya memperhatikan pola makan sehingga pasarnya bertambah luas asal standar harga tidak terlalu tinggi. Maka sekali makan di Padmanadi harganya cukup terjangkau antara Rp 25 ribu-Rp 45 ribu tiap menu. “Vegetarian enak kok, membuat badan sehat dan pikiran jadi lebih tenang,” timpalnya.


Lebih lanjut dijelaskan, menu vegetarian dapat bermanfaat sebagai terapi kesehatan, antara lain mampu menghilangkan timbunan kadar kolesterol sehingga mencegah penyakit darah tinggi, jantung dan sebagainya. Untuk itu ia bertekad mempopulerkan menu vegetarian kepada masyarakat dan tidak segan memberikan harga spesial kepada para pekerja di lingkungan sekitar agar dapat mengkonsumsi makanan ini setiap hari. “Seporsi cukup Rp 8 ribu,” tukasnya.

“Saya kepengin bisa membuka restoran vegetarian di kawasan Sudirman agar orang-orang kantoran dapat menikmati menu vegetarian setiap hari sehingga menjadi lebih sehat,“ imbuhnya berangan-angan.

Tidak tertutup pula kemungkinan mengembangkan bisnis ini melalui kerja sama dengan orang lain. Malah diakui sebetulnya sudah ada beberapa permintaan agar dia mau menjual franchise. Tetapi di samping waralaba ia juga menghendaki kerja sama yang luwes, misalnya calon mitra menyediakan modal 70% untuk tempat dan peralatan, sedangkan ia memasok menu makanan. Namun sebelumnya perlu diingatkan mengelola rumah makan vegetarian memiliki kesulitan tersendiri, dan oleh karenanya pelaku usaha harus memiliki kesabaran lebih. Sebab menurutnya pemilik modal baru bisa berharap dapat meraih untung setelah tahun ketiga.

“Semua dijalankan secara pelan-pelan. Menu-menu dipromosikan. Yang datang pesan dua macam menu bisa diberikan tambahan gratis satu macam agar pelanggan merasa senang,” pesannya mewanti-wanti.

Padmanadi saat ini bisa menampung 500 orang pengunjung sekaligus. Jumlah mejanya ada 40 buah, 25 meja di lantai bawah dan 15 lainnya terdapat di lantai atas. Selain itu Padmanadi memiliki sebuah cabang di Megamall Pluit berupa
foodcourt terletak di lantai tiga yang membidik orang-orang kantoran di situ serta melayani pesanan. Setiap hari rata-rata jumlah pesanan minimal 20 macam menu. “Sewanya mahal sih, memakai hitungan dollar, tetapi karena banyak langganan jadi tetap dipertahankan,” ujar Kasan.


Meskipun makin banyak restoran vegetarian baru, dengan optimistis ia mengaku Padmanadi adalah yang terbesar dan dengan desain cantik. Tempat ini cukup terkenal, terutama dari kalangan konsumen orang-orang kantor dan ibu-ibu rumah tangga. Sedangkan pelanggan dari luar Jabodetabek kebanyakan berasal dari Lampung, Palembang dan Bangka. Mereka datang, khususnya pada hari-hari libur. Banyak pula ekspatriat yang tercatat sebagai pelanggannya, biasanya warga Taiwan. Pada hari Minggu mereka datang berombongan dari Tangerang dan sekitarnya, seperti Serpong dan Karawaci. “Mereka biasanya makan banyak, soal harga tidak pernah berhitung,” tuturnya senang. [
wiyono/pengusaha]

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business