Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Rabu, 25 Juli 2007

Bisnis Asyik Studio Musik


Banyaknya pemusik muda yang giat berlatih menjadi berkah tersendiri bagi penyewaan studio musik. Aspa Studio menangkap peluang ini.


Banyak jalan menuju Roma. Tepat disebutkan bila saat ini semakin banyak jalan menuju sukses. Bisnis hiburan saat ini telah sedemikian maju dan industri musik termasuk salah satunya. Kalau dahulu cita-cita menggantungkan hidup sebagai seniman kerap menjadi bahan tertawaan, kini sebaliknya menjadi artis banyak didamba sebagai jalan pintas keberhasilan khususnya dalam hal materi. Siapa sih orangnya tidak kepengin uang dan ketenaran sekaligus?


Faktanya pada jaman dahulu barangkali masih gampang menghafal nama-nama penyanyi atau grup band terkenal di tanah air ini. Namun sekarang hal itu jauh lebih sulit, mengingat nama-nama baru karena tiap tahun pasti muncul silih-berganti.

Menurut Andre Atriwianto, pemilik Aspa Studio, perkembangan musik Indonesia saat ini, khususnya dilihat dari banyaknya komunitas band musik anak-anak muda, sangat cerah. “Pada jaman saya dulu selalu berkiblat ke luar negeri, hanya mau menyanyikan lagu-lagu dari band-band
luar,” ujarnya.


Ia mengamati, ABG yang berlatih di studionya tidak merasa remeh membawakan lagu-lagu Indonesia yang juga diciptakan oleh band yang personilnya muda-muda. Maka secara tidak langsung itu sebagai isyarat komunitas musik telah menjamur hingga pelosok dan merupakan angin segar bagi bisnis rental studio musik sebagai ajang latihan.


Komunitas grup musik pemakai jasa rental malah dari segala usia. “Mulai anak SD sampai yang tua-tua,” tukas Andre. “Memang cita-cita dari kecil mempunyai studio musik. Sekadar hobi karena dulu juga suka nge-band. Lalu saya pikir, selama musik masih ada bisnis studio tidak pernah mati sebab selama masih ada anak-anak yang nge-band pasti mereka butuh fasilitas,” imbuhnya mengisahkan.

Investasi untuk membuat sebuah studio musik boleh dikatakan lumayan besar. Studio profesional di lokasi eksklusif jelas sangat mahal. Dana yang dihabiskan mencapai miliaran rupiah. Andre pilih membidik studio kelas menengah, meskipun tetap memperhatikan kualitas namun tidak terlalu menyedot banyak uang.


Biaya pertama kali yang harus dikeluarkan biasanya untuk renovasi tempat. Ia merogoh kocek sekitar Rp 17 juta untuk membuat tiga ruangan kedap suara, masing-masing dipakai untuk tempat latihan maupun rekaman. Untuk menekan biaya, lulusan arsitek UKI itu, merancang sendiri peredamnya setelah bertanya ke sejumlah orang yang berpengalaman. Belanja lainnya berupa alat-alat musik menghabiskan sekitar Rp 30 juta ditambah peralatan recording kurang lebih Rp 10 juta. “Penggelontoran modal tidak begitu terasa karena saya pelan-pelan mengumpulkan alat satu demi satu,” begitu kiatnya.


Soal alat pun menurutnya tidak harus kelas satu. Yang penting penataan ruangan akustik serta sound system bagus maka hasilnya pasti sudah nyaman buat latihan. Ruangan besar tetapi jika penataan sound system kurang pas mengakibatkan bunyi yang dikeluarkan akan saling berkejar-kejaran.


Sama seperti usaha lainnya, lokasi seringkali sangat menentukan. Tempat yang paling ideal tentu saja yang paling gampang diakses atau di pinggir jalan raya. “Tempat ini menurut saya cukup strategis, tidak terlalu jauh dari jalan besar, hanya masuk sedikit beda satu rumah. Jadi tidak terlalu bising dan nyaman buat latihan,” kilahnya.


Beroperasi pada pertengahan 2003, Aspa Studio awalnya hanya menyediakan sarana latihan dan baru pada tahun berikutnya bisa berfungsi sebagai studio rekaman serta ditambah jasa video shooting, baik untuk membuat video klip atau untuk keperluan dokumnetasi yang lebih umum seperti pembuatan company profile serta iklan. “Untung sebetulnya tidak terlalu besar, yang penting administrasi. Asal pembukuan beres maka semua akan beres, kalau tidak pasti hancur,” ujarnya merendah.


Tarif, dikatakan mengikuti pasaran atau Rp 30 ribu dengan hitungan jam. “Daerah sini susah memakai model shift karena yang datang umumnya anak-anak SMA dan mahasiswa,” akunya. Sedangkan recording dia pasang harga Rp 150 ribu per shift atau selama 3 jam.


“Yang lain biasanya per shift selama 6-7 jam dengan harga di atas Rp 300 ribu. Akhirnya lumayan, banyak yang datang rekaman demo untuk diajukan ke produser, manajer-manajer label musik atau pun bikin profile band untuk acara-acara tertentu,” ungkapnya.


Malah uniknya banyak rekaman diproduksi sendiri. Setelah jadi album hasilnya laku dijual di sekolahan masing-masing. Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada menjelang natal studio ini kerap disewa untuk rekaman operet atau lagu-lagu rohani.

Namun seperti banyak studio lain, dalam seminggu umumnya ramai hanya pada tiga hari terakhir, Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Pada sejak jam bubaran sekolah hingga malam hari penuh sesak. Hari-hari biasa sudah untung kalau terisi beberapa jam saja. Jam buka setiap hari sifatnya fleksibel meski dalam aturan tertulis antara pukul 10.00 hingga 24.00. “Tetapi kalau ada yang bertanya biasa saya jawab sampai mereka capai,” ucapnya. Bahkan dituturkan, mereka yang baru tiba pukul 24.00 pun tetap ditunggui berlatih sampai pagi.

Menariknya dibandingkan dengan bisnis lain, antar studio musik tidak bakal terjadi persaingan, lebih-lebih persaingan tidak sehat. Sebaliknya seorang pengelola studio malah merasa senang apabila terdapat beberapa lokasi berdekatan sehingga mana kala salah satu lokasi telah penuh maka yang tidak kebagian tempat dapat dicarikan alternatif di lokasi lain. “Anak-anak juga malas datang kalau tempatnya jauh,” ungkapnya. [wiyono/pengusaha]


Analisa Binis Studio Musik

PERKIRAAN INVESTASI:

- Renovasi tempat : Rp. 20.000.000,-

- Peralatan dan Sound System: Rp. 50.000.000,- +

Total perkiraan investasi Rp. 70.000.000,-

PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL:

- Biaya listrik : Rp. 500.000,-

- Gaji karyawan : Rp. 1.000.000,- +

Total Perkiraan biaya operasional Rp. 1.500.000,-

ASUMSI PENDAPATAN/ BULAN:
(Dengan rata-rata 5 jam latihan dan 3 jam rekaman per hari)

- ((5 X Rp 30.000,00) + Rp 150.000,00) X 30 = Rp 9.000.000,-

- LABA KOTOR : - Rp 9.000.000,- – Rp. 1.500.000,- = Rp 6.500.000,-

- KESIMPULAN :
BEP akan tercapai setelah 11 bulan beroperasi atau kurang dari setahun.

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business