Pekerjaan oleh Careerjet

Peluang Usaha dan Bisnis 2008

Wirausaha.com

Tempointeraktif.com - Ekonomi

Dinas Peternakan Jabar

Rabu, 25 Juli 2007

Berburu Busana Tempoe Doeloe

Meski mencari dan menjual busana zaman baheula, butik vintage berbeda konsep dengan jual beli busana bekas. Lalu apa vintage yang di luar negeri sangat ngetren ini ?


Victoria Beckham mantan anggota group vokal spice girl yang juga istri dari David Beckham adalah salah satu selebritis yang paling mendapat sorotan media di dunia. Selebritas seperti dirinya tentu selalu mengikuti perkembangan mode dan fesyen agar tidak terlihat ndeso dalam berbusana. Namun siapa sangka ternyata seorang Victoria masih sering merasa tak percaya diri jika sedang berhadapan dengan seorang pemilik butik vintage.


Karena menurut Victoria seperti yang ia kisahkan dalam bukunya yang berjudul “That extra half an inch” tak jarang pelayan butik yang ia jumpai justru lebih fasih berbicara fesyen dibanding dirinya. Pemilik butik yang dijumpai Victoria itu tidak hanya hafal barang–barang yang dijualnya tetapi juga fasih berbicara sejarah fesyen, desainer, kualitas bahan dari merek gaun ternama yang sering dipakai artis-artis Hollywood saat ini.


Itu di Amerika, jika di Indonesia Anda boleh menemui pebisnis butik seperti Yeani Christanto (33) yang fasih bicara fashion dari A-Z. Sederet desainer ternama dari masa lalu sampai yang mutakhir, ringan saja ia sebutkan tanpa perlu lama mengernyitkan dahi. Semua yang berbau fashion seperti di luar kepala. Dunia fashion mulai digandrungi Yeani saat melalui masa remaja di Negeri Kanguru, saat itu ia rajin membaca majalah-majalah fashion seperti Vogue, yang saat itu tentu belum mudah dijumpai di Indonesia. Kegemarannya akan dunia fashion terbawa sampai ketika ia kembali ke Indonesia, sehingga meskipun telah bekerja di sebuah perusahaan periklanan terkemuka ia masih menyempatkan diri membuka butik. Bagi Yeani Vintage Couture adalah sarana menyalurkan kegemarannya menikmati perkembangan dunia fashion.

Tidak perlu riset pasar dan menghitung prospek bisnis vintage. Santai tapi pasti Yeani mendirikan butik
vintage. ia mulai mengumpulkan aksesoris dan busana lawas sambil mencari-cari lokasi di mana ia akan mendirikan butiknya. Mengapa busana lawas? Butiknya memang hanya menyediakan busana dan aksesoris “bekas” yang berumur 20 tahunan. Sebagaimana sebuah definisi barang vintage yang menurut Yeni busana atau aksesoris dapat dimasukan dalam katagori vintage jika usianya 20 tahunan lebih.

Vintage sampai saat ini memang masih terdengar asing di Indonesia tak terkecuali para konsumen dari kalangan zetset yang sering mondar-mandir belanja di butik. Memang ada risiko membawa “dagangan” dengan konsep yang masih asing. Edukasi pasar adalah pekerjaan ekstra bagi Yeani untuk mengenalkan konsep Vintage Couture.


Jika di Amerika trend berbusana
vintage populer, seiring dengan ekspose media terhadap artis –artis Hollywood yang memakai busana vintage di hadapan publik. Sebab konsep vintage menjadi gaya hidup yang tak asing dan dikenal luas. Lain halnya di Indonesia Yeani kerap berperan seperti “pengajar mode,” dengan mengenalkan konsep bekas ala vintage kepada pengunjung butiknya.” Tak jarang saya harus menjelaskan panjang lebar mengenai konsep vintage kepada pengunjung sebab banyak pengunjung yang menyamakan vintage tak ubahnya seperti pakaian bekas di toko barang bekas. Atau menganggap bahwa semua yang kuno adalah vintage,” ungkap Yeani.


Bagaimana cara Yeani mendapatkan busana dan aksesoris? Untuk memenuhi isi butiknya Yeani mengimport langsung dari estate seller ( pembeli barang antik dari gudang keluarga ) di Amerika, Inggris, dan Kanada. Menurut Yeani mitranya di tiga Negara tersebut secara rutin mengirimkan foto barang melalui email. Setelah contoh dikirim Yeani memilih barang mana yang akan ia ambil. Ketiga Negara tersebut menurut Yeani memiliki karakter barang yang berbeda-beda.”Barang dari Amerika range usia pakaiannya lebih beragam dari tahun 30-an pun ada. Kalau dari Inggris banyak model hippie, sedangkan yang dari Kanada barangnya yang high-end. seperti baju pesta dan jika casual pun barangnya bagus dan rapih,” jelas Yeni.

Dalam sebulan sedikitnya Yeani membelanjakan Rp 5 juta untuk menambah koleksi butiknya. Pesanan dikirim melalui Pos. Beberapa kali pesanan tidak sampai ketangannya. Namun resiko itu sudah disadarinya. Toh ia tetap memilih pengiriman melalui jasa pos, ketimbang pengiriman swasta lain. Dengan cara itu dana pengiriman lebih murah sehingga harga jualnya tidak terlalu tinggi. “Terkadang ongkos pengiriman lebih mahal dari harga barang pesanannya,” ungkap Yeani.


Koleksi
vintage yang dimiliki Yeani beragam dari gaun, ikat piggang sepatu boot, sepatu wanita, aksesoris seperti cameo, rhinestone, charm bracelet. Koleksi dari desainer ternama tahun 70-an seperti Bill Blass, Oleg Cassini ( desainer Jacky Cenedy) Anne Fogarty pun terpampang dengan bandrol Rp 1,6 sampai 2 juta. Untuk busana-busana casual kisaran harganya mencapai ratusan ribu. Uniknya Vintage Couture memiliki koleksi yang berumur lebih dari seratus tahun seperti sebuah pengikat dasi yang dibuat tahun 1800-an. Selain itu juga dijual barang yang di sebut “new old stock” barang tua yang masih dalam kondisi baru.

Vintage adalah gaya hidup. Sebuah kesadaran individualis dalam berbusana. Yang mementingkan eksklusifitas.para bintang Hollywood menggunakan busana
vintage karena keunikannya sehingga tak mungkin dikenakan orang lain. Sebab itu tak seperti usia busananya yang uzur penggemar vintage adalah orang yang sadar fashion, konsumennya datang kebanyakan dari kalangan ABG dan mereka yang menginjak usia 30-an. Dalam industri fashion Yeani menyebut pasar bisnis vintage adalah minoritas karena menurutnya belum banyak orang yang memahami konsep yang real vintage. ”Pasar vintage sangat kecil dibanding dengan apa yang ditawarkan industri fashion saat ini. Pasar vintage itu nest tidak mass, papar Yeani.

Dan lagi karakter konsumen di Indonesia, menurut Yeni, agak berbeda. Menurutnya banyak pembeli yang belum bisa menerima cacat yang terdapat pada barang yang dijual. Misalnya warnanya agak pudar atau terdapat sedikit lubang. “Padahal yang namanya barang
second- hand apalagi umurnya puluhan tahun tentunya kondisi barang tidak seratus persen sempurna. Kalau di luar negeri ketidaksempurnaan itu justru menambah nilai, karena terlihat nilai sejarahnya,” jelas Yeani.

Sayangnya di Indonesia masih sulit ditemukan pemilik pakaian yang bernilai
vintage dengan kondisi yang masih layak pakai. Sehingga saat ini untuk menyuplai kebutuhan butiknya, Yeani masih mengandalkan import dari luar negeri. Yeani berharap masyarakat akan melirik vintage sebagai alternatif membeli busana berkualitas yang murah namun tetap bergaya. [fitra iskandar/pengusaha]

Tidak ada komentar:

Entrepreneur Daily

Franchises

E-Business

Sales and Marketing

Starting a Business