Namun sudahlah. Biarkan orang tua kita memiliki mindset yang demikian itu. Zaman sudah berbeda. Kalau dulu orang bangga sebagai profesional atau pegawai negeri, kini kebanggaan itu bertambah lagi jika mereka berhasil sebagai pebisnis yang sukses. Sebuah survey di Amerika Serikat (AS) dengan mengambil responden pelajar SMA menyebutkan bahwa mereka bercita-cita menjadi pemilik bisnis.
Mereka ingin menjadi pebisnis sukses layaknya Bill Gates, Donald Trump, Anita Roddick, Ross Perrot dan sebagainya. Begitu juga, majalah ini ketika menghadiri symposium entrepreneur Asean (1st Asean Young Entrepreneurs Symposium/A-YES) di Kuala Lumpur, Malaysia, beberapa waktu lalu. Dari sini terlihat adanya paradigma baru di kalangan pemuda baik di Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand. Mereka bercita-cita menjadi seorang pebisnis.
Di Tanah Air pun, minat untuk menjadi pebisnispun besar sekali. Dalam sebuah kunjungan ke Bandung dan sekitarnya, kami menjumpai anak-anak muda masih duduk di bangku SMA, sudah mulai membangun bisnis sendiri. Begitu juga di Jakarta, Surabaya, Jogjakarta dan Batam. Jika ditanya, jawaban mereka hampir seragam. Sekarang adalah eranya bisnis !
Mereka optimistis bahwa lewat bisnis adalah jalur cepat untuk menuju kesuksesan baik karir maupun materi. Media eksposure—keterbukaan terhadap dunia luar lewat media massa--interaksi dengan pihak lain, kisah sukses para pebisnis mungkin salah satu pemicu dan inspiring mereka memilih jalan sebagai entrepreneur.
Dan, uniknya lagi, banyak di antara mereka yang didukung oleh orang tuanya. Jika ini bisa digeneralisasikan, kami berpendapat telah terjadi perubahan mindset di kalangan orang tua disini. Padahal, bisnis yang dilakukan mereka bukanlah sebuah spektakuler seperti umumnya dilakukan oleh remaja-remaja di AS atau Eropa.
Pilihan menjadi entrepreneur di usia remaja, ada untung ruginya. Ruginya, kita kehilangan waktu untuk bergaul dengan remaja umumnya, karena harus mengurusi bisnis. Namun dalam jangka panjang, dan apabila kita tetap konsisten di jalur bisnis, keuntungannya akan lebih besar lagi. Pertama, mungkin adalah pengalaman, selanjutnya networking dan mungkin yang terakhir adalah materi.
Banyak sudah contoh dari mereka yang mulai membangun bisnisnya di usia muda. Alexis Bonnell membangun dua bisnis sekaligus sejak di bangku SMA dan mahasiswa. Dua perusahaannya yakni RentReporting.com dan Verbal Advantage, sebuah peryusahaan yang bergerak dibidang jasa penjualan audio telah sukses. Dan, Bonnell mampu membukukan penjualan US$ 12 juta. Atas keberhasilannya ini, dia pun direkrut menjadi CEO oleh sebuah perusahaan pemasaran produk di AS dalam usia 25 tahun.
Di Tanah Air kita juga kenal Ario Pratomo, Managing Director Unique Cargonize—agen tunggal jasa cargo untuk maskapai Etihad dari UEA, Hendy Setiono dan beberapa lagi lainnya. Usia mereka kini mendekati 25 tahun. Namun—terutama Hendy-- mereka telah membangun bisnisnya sejak usia dibawah 20 tahun. Keduanya kini sukses. Perusahaannya berkembang pesat. Omsetnya cukup besar. Dan, materi yang diraih juga lumayan besar.
Di luar Ario maupun Hendy, kami menemukan Tawang Titan Abe, Bani, Amelia, Dini dan Boris Ngangi. Mereka juga telah mengawali bisnis seperti konveksi dan kaos, jual voucher elektrik, bisnis youghurt dan media massa, bisnis franchise dan beberapa lagi bisnis lainnya. Kami yakin, diluar nama ini masih banyak lagi remaja-remaja yang telah menetapkan pilihannya menjadi seorang pebisnis. Jumlahnya mungkin puluhan, ratusan bahkan ribuan. Tunas-tunaspun mulai bertumbuh. [pengusaha/rian s]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar