Jaringan yang dibangun Fatmah Bahalwan sewaktu menjadi sekretaris eksekutif di sebuah bank, dijadikan pendongkrak kemajuan Natural Catering.
Krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia pada 1997–1998, berdampak luas pada semua kalangan. Salah satu dari mereka yang terkena imbas krismon ini adalah Fatmah Bahalwan, pengusaha katering, pemilik mailing list (milis) Natural Cooking Club (NCC), sekaligus pengajar kursus masak dan pembuatan kue. Saat itu, mantan sekretaris eksekutif sebuah bank di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, ini dihadapkan pada gaji kantor yang semakin lama semakin tidak mencukupi dan karir yang mentok, sehingga ia merasa harus putar otak. Dengan keahliannya berkutat dengan bumbu-bumbu dapur, Fatmah memutuskan untuk berjualan kue ke rekan-rekan kerja dan pimpinannya.
“Eh, kok laku dan berkembang. Lalu, saya mencari identitas dan saya temukan kesimpulan bahwa usaha makanan kagak ade matinye. Buktinya, dari berjualan kue hasil dapur saya sendiri yang semula hanya empat loyang, berkembang menjadi ratusan loyang. Bahkan, pada akhirnya, saya mengembangkannya menjadi usaha katering untuk event-event khusus. Kondisi ini memantapkan saya untuk berhenti kerja pada 2004,” katanya.
Sebelum usaha yang dinamai Natural Catering (merek ini mengacu pada masakan dan kue yang sesedikit mungkin menggunakan bahan kimia dan halal atau tanpa alkohol, red.) ini, menancapkan kukunya dalam kancah bisnis makanan, perempuan berusia 43 tahun ini merintis usaha tersebut sambil terus bekerja yaitu dengan membentuk pasar dan menciptakan jaringan pemasaran yang menyenangkan.
“Sebagai sekretaris eksekutif, otomatis saya berteman dengan sesama sekretaris selevel. Perlu diketahui, sekretaris adalah penentu makanan di berbagai kegiatan kantornya. Melalui teman-teman saya itu, kami berbagi info, termasuk saling menawarkan makanan hasil karya kami sendiri. Jadi, pekerjaan beres, jualan lancar,” jelas perempuan yang suatu saat ingin memiliki culinary school ini.
Di samping membangun bisnis katering dengan modal Rp50 juta yang ditanamkan secara bertahap, pada tahun 2004, Fatmah membentuk NCC. Saat ini Milis ini memiliki lebih dari 3.000 member. “Di sini, saya memberikan semangat kepada para member dan mereka yang ikut kursus bahwa cuma dengan memasak dan membuat kue, kita bisa mencetak uang. Hasilnya, banyak member NCC yang akhirnya menjadi pengusaha makanan dan kue, tanpa keluar rumah,” ujar wanita yang juga menjadi penulis tetap tentang kuliner di salah satu media online ini.
Fatmah juga mengajarkan kursus memasak dan membuat kue setiap Sabtu dan Minggu, dengan biaya Rp150 ribu-Rp500 ribu per orang. “Untuk tingkat dasar saya batasi hingga 25 orang dan untuk cake decorating maksimal 15 orang per kursus. Dari setiap kursus, saya bisa mendapatkan Rp3 juta. Sedangkan untuk omset, rata-rata saya meraup 15 juta/bulan,” kata Fatmah yang peralatan kursusnya kini dibantu sponsor.
Komentar keluarga? “Waktu saya menjalankan bisnis ini sambil bekerja, suami sempat komplain. Saya terima komplainnya dengan menunjukkan hasil uplek (sibuk) Nasaya di dapur, pada akhir bulan. Setelah melihat hasilnya, suami sangat mendukung. Anak-anak juga sempat komplain, karena justru pada akhir pekan, saya sibuk luar biasa. Tapi, saya mengganti waktu dengan mereka pada hari-hari lain. Jadi, nggak ada masalah lagi,” ucap ibu tiga anak ini. [pengusaha/russanti lubis]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar