Bisnis Obat Kuat
Menawarkan ’Keperkasaan’ Secara Instan
Heboh atas obat sejenis viagra, sekali lagi membuktikan bahwa bisnis obat kuat merupakan bisnis yang sangat menggiurkan. Persaingan pun berlangsung ketat.
Berbagai merek, baik lokal maupun asing, meramaikan pasaran obat di dalam negeri.
Lihat saja, begitu banyak iklan, baik cetak maupun elektronik yang menyajikan “keperkasaan” bagi pria. Seakan jor-joran promosi, baik produk tradisional maupun yang modern, semuanya menawarkan satu hal yakni keperkasaan pria. Di berbagai kemasan produk, petunjuknya pun sangat jelas.
Bisik-bisik dari mulut ke mulut juga menunjukkan hal yang sama. Pembicaraan atau ucapan acapkali terlontar dalam pembicaraan sehari-hari di antara pria. Dan itu justru semakin mempromosikan produk obat kuat yang beredar.
Pasar Indonesia dengan penduduknya yang lebih dari 220 juta jiwa merupakan pasar yang luar biasa besar. Dengan komposisi pria dewasa, diasumsikan seperempat dari total populasi, maka ada volume pasar sebanyak paling sedikit 50 juta jiwa. Ini tentulah pasar yang sangat potensial.
Kebutuhan akan obat kuat bagi pria di Indonesia, tergolong tinggi. Kenyataan ini agaknya berkaitan dengan fakta tingginya angka impotensi pria Indonesia dibanding pria lain di Asia.
Survey yang pernah dilakukan atas pria Asia yang berusia di atas 18 tahun dan tengah melakukan rawat jalan, ditemukan bahwa 14 persen mengalami impotensi. Dan dari jumlah tersebut, 21 persennya adalah pria Indonesia, kedua terbanyak setelah pria Cina di perkotaan (25 persen). Ditemukan pula bahwa hampir setengah dari pria Indonesia yang mengalami gangguan ketidakmampuan seksual, ternyata telah mencoba mengobati diri dengan aneka obat, baik tradisional maupun modern. Mulai dari jamu tradisional Jawa, Madura, hingga obat Cina, Korea, dan sebagainya, semua dijajal demi meraih keperkasaan.
DISTRIBUSI OBAT
Pasar obat kuat secara nasional diperkirakan nilainya mencapai ratusan miliar rupiah, belum lagi ditambah dengan obat-obatan impor dan selundupan. Dari jumlah tersebut sebagian besar diraup oleh Grup Bintang Toedjoe dengan produk merek Irex. Selain itu ada juga merek yang cukup laris yakni Pil Kita. Kedua merek di atas adalah produk obat modern. Sementara untuk produk tradisional, jamu dengan merek Kuku Bima keluaran PT SidoMuncul, merupakan merek yang cukup dikenal. Tiga merek inilah yang paling akrab di telinga kita dengan iklan-iklannya yang menggoda.
Pasaran obat di Indonesia akhir-akhir ini diramaikan oleh obat Viagra, obat impotensi yang telah disetujui peredarannya di AS, Eropa, Australia, hingga Thailand, namun belum mendapat izin resmi dari Depkes RI. Namun yang jelas, pil ini telah diiklankan secara terbuka di media massa, bahkan tercantum pula nomer telepon seluler yang mudah dikontak untuk mendapatkan obat itu.
Di berbagai pub, kafe dan diskotik di Jakarta, Viagra juga bebas diperdagangkan. Di negeri asalnya, Amerika Serikat, obat produksi perusahaan farmasi Pfizer Inc. itu langsung laris manis. Apalagi, sejak diujicoba FDA (Food & Drug Association, semacam POM di Indonesia), permintaan Viagra kabarnya terus meningkat. Setiap bulan diresepkan kepada sekitar 1,5 juta pria yang mengalami gangguan seks.
Persaingan yang ketat antar merek obat atau jamu kuat, sangat terlihat pada distribusi. Hampir semua merek terkenal menjual produk pada semua jalur distribusi. Irex misalnya, bisa didapatkan dengan gampang di toko obat, supermarket, hingga warung-warung di berbagai kota di Indonesia.
Sadar dengan faktor penting dari distribusi, produsen jamu PT Sido Muncul yang mengeluarkan KukuBima, tidak mau kalah. Jika tadinya distribusi Kuku Bima banyak di tradisional outlet seperti warung, maka kini Kuku Bima tersedia di modern outlet. Menurut Linawati Suteja, Product Manager Kuku Bima PT SidoMuncul, produk mereka kini dapat dijumpai di berbagai chain store, Century21, apotek, di samping dipasarkan sendiri oleh distributor SidoMuncul di berbagai kota di Tanah Air.
Pedagang bakul jamu yang jumlahnya ribuan orang di Jawa, Sumatra,sekaligus menjadi tenaga penjual (sales force) yang efektif bagi KukuBima.
“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan traditional outlet. Produk-produk pesaing cukup kuat berada di modern outlet. Kita melihat modern outlet juga sangat membantu penjualan, maka dari itu kita coba masuk ke sana agar KukuBima bisa didapatkan secara lebih mudah lagi,” katanya kepada SH di Jakarta, Selasa (5/8) pagi.
UJI KLINIS
Strategi yang dikembangkan oleh PT SidoMuncul untuk mendongkrak omset, selain dengan memperbesar jalur distribusi, juga dengan edukasi kepada publik. Faktor keamanan produk, bahwa mengkonsumsi KukuBima dijamin tidak bermasalah, itulah pesan utama yang disampaikan dalam berbagai iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Karena ia menyadari, dibandingkan obat modern, KukuBima sebagai jamu sulit menyaingi. Tidak seperti obat kuat modern yang bisa langsung memberikan khasiat begitu selesai diminum, KukuBima tidak bisa secepat itu.
“Kita mau sampaikan bahwa KukuBima adalah jamu yang aman untuk dikonsumsi. Karena jamu tradisional, tidak ada efek samping yang terjadi seperti yang dirasakan setelah mengkonsumsi obat kuat lain, misalnya jantung berdebar, tidak enak badan. Dan KukuBima harus dikonsumsi secara teratur, tidak bisa sekali dua kali lantas selesai,” ujar Linawati menjelaskan.
Untuk menambah faktor amannya itu, katanya, uji klinis dilakukan secara intensif. Uji toksisitas dan uji manfaat dilaksanakan melalui institusi akademisi antara lain Institut Teknologi Bandung dan Universitas Diponegoro.
Untuk uji toksisitas, KukuBima TL plus Tribulus menjalani pengujian di jurusan farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan untuk uji manfaat oleh Laboratorium Bioteknologi Undip. Hasil berbagai uji menunjukkan hal positif seperti KukuBima dapat meningkatkan kadar hormon dan derajat ereksi hingga 80 persen, di samping bahan baku lokal yang ada dalam jamu ini, lebih berkhasiat dibandingkan bahan baku pada produk impor.
Sementara itu produk Irex yang diproduksi dan diedarkan oleh PT Bintang Toedjoe, berani menawarkan “keperkasaan” bagi yang meminumnya. Kandungan arginin (sejenis asam amino), ginseng, madu dan ekstrak akar Yohimbe, gencar digembar-gemborkan dapat meningkatkan nafsu seks, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan ejakulasi dini. Ujung-ujungnya keharmonisan keluarga yang ditawarkan kepada konsumen pria dewasa.
Untuk memberi pelayanan kepada konsumen, pihak Bintang Toedjoe menyediakan fasilitas bebas hotline untuk melayani pembelian dan pertanyaan khusus seputar produk ini. Untuk produk obat kuat, strategi ini dipandang cukup berani dan inovatif. Hanya dalam kurun waktu singkat sejak diluncurkan 2-3 tahun lalu, Irex langsung melejit sukses. Sebagai obat, PT Bintang Toedjoe berani mengklaim bahwa Irex relatif aman diminum. Efek samping pun tidak terlalu berbahaya, aman bagi penderita penyakit jantung, kencing manis, darah tinggi.
“Irex tidak berbahaya, tidak menimbulkan kecanduan dan aman untuk dikonsumsi terus-menerus untuk jangka waktu yang lama,” demikian bunyi promosi yang ditawarkan.
KONTROVERSI
Jor-joran promosi di media massa oleh berbagai produsen obat kuat, menurut pandangan pakar seksologi, Wimpie Pangkahila, tidak semuanya benar. Beberapa hanya mengandung sejumlah vitamin dengan tambahan zat tertentu seperti seng (Zn). Baik untuk obat moden atau jamu, menurutnya sama saja yakni tidak jelas khasiatnya.
“Sekali lagi saya tegaskan, bahwa obat-obat yang diiklankan secara mencolok dan dinyatakan dapat meningkatkan gairah seksual, sebenarnya bukan obat khusus meningkatkan gairah seksual. Mengapa? Karena isinya hanya vitamin biasa, dengan tambahan zat lain misalnya Zn dan ginseng,” tegasnya.
Maka, dengan kandungan semacam itu, ia pun membantah adanya anggapan bahwa obat-obatan itu bisa menimbulkan kecanduan, bahwa, jika tidak mengkonsumsinya tidak bisa berhubungan seksual. Ia malah menunjuk alkohol, yang disebutnya sebagai satu contoh bahan yang dapat meningkatkan gairah seksual bila dikonsumsi dalam jumlah cukup. Tapi, bila terus menerus dapat menimbulkan ketergantungan, dan akhirnya justru mengganggu fungsi seksual, yakni menimbulkan disfungsi ereksi.
Terlepas dari masalah kontroversi tentang keajaiban khasiatnya, yang jelas obat-obatan yang banyak beredar di pasaran itu selalu punya konsumen. Beragam keluhan yang timbul seperti kurang gairah terhadap pasangan, frekuensi hubungan seks menurun, kurang tahan lama berhubungan seks, sperma kurang kental, ereksi kurang kuat, sampai tidak mampu ereksi sama sekali, semua itu mendorong industri ini melaju kencang. Agar tidak merugikan konsumen, diperlukan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah khususnya Badan POM.
Pekerjaan oleh Careerjet
Peluang Usaha dan Bisnis 2008
Wirausaha.com
Tempointeraktif.com - Ekonomi
Dinas Peternakan Jabar
Kamis, 21 Juni 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar