Peneliti di Citrus Center Kalimantan Barat telah menemukan metode yang tepat untuk mengolah buah jeruk siam menjadi minuman segar yang kadar pahitnya amat rendah.
“Untuk pengembangan selanjutnya, akan menggunakan mesin khusus yang mampu mengolah buah jeruk dalam skala banyak,” kata Kepala Dinas Pertanian Kalbar, Hazairin, di Pontianak, Rabu (13/8).
Saat ini, lanjutnya, tengah dilakukan uji coba produksi dan hasilnya minuman sari buah jeruk siam dalam kemasan botol ukuran 220 mililiter. Hazairin menjamin minuman tersebut tidak diberi zat pemanis tambahan karena hanya mengandalkan kadar gula alami di buah.
Ia menargetkan produksi per hari akan mencapai 10.000 botol dengan kebutuhan jeruk ribuan ton. “Terutama untuk buah jeruk dengan ukuran kecil karena sekitar 30% dari produksi petani masuk kategori itu,” kata Hazairin.
Sasaran penjualan kalangan level menengah dan bawah. Selama ini, petani jeruk di Kalbar terkadang terpaksa membuang buah yang ukurannya kecil dan tidak terjual sewaktu panen raya karena harga jauh di bawah biaya produksi.
Dinas Pertanian Kalbar tengah mengusulkan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) terhadap produk olahan dari jeruk siam tersebut ke Departemen Hukum dan HAM. “Untuk nama, sudah dipatenkan yakni Borneo Citrus,” katanya.
Ia menambahkan, secara resmi, minuman tersebut akan diperkenalkan secara luas pada Oktober 2008 di Citrus Center dengan dihadiri Menteri Pertanian, Anton Apriyantono.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalbar dalam situsnya menyebutkan bahwa jeruk siam merupakan komoditas unggulan dan komoditi primadona Kalbar yang dikenal dengan sebutan “Jeruk Pontianak”, kendati sebenarnya berasal dari Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Sifat khas jeruk ini yaitu manis rasanya, tipis kulitnya, dan licin mengkilat.
Jeruk Siam ada di Kalbar sejak Tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari China. Hingga awal tahun 1950, jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 hektar. Namun tahun 1960 sebagian besar pohon ditebang karena terserang penyakit.
Pada tahun 1979, perkebunan jeruk siam dikembangkan kembali dan sampai tahun 1996 mengalami masa kejayaan yaitu mencapai 10.000 hektare lebih dengan produksi 26.000 ton per tahun.
Setelah tahun 1996, jeruk siam anjlok sebagai akibat dari monopoli sistem tata niaga sehingga harga di tingkat petani jatuh dan Total Revenue (TR) tidak cukup membiayai total cost (TC). Petani kemudian membiarkan pohon jeruk meranggas mati karena tidak terpelihara dan diperparah akibat serangan hama penyakit.
Kini, minat petani untuk kembali menanam jeruk siam semakin tumbuh dengan sebaran tidak hanya terfokus di Kabupaten Sambas saja melainkan juga Kabupaten Bengkayang. (ant)
Pekerjaan oleh Careerjet
Peluang Usaha dan Bisnis 2008
Wirausaha.com
Tempointeraktif.com - Ekonomi
Dinas Peternakan Jabar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar