Lewat tangan dingin Asep, kini pehobi radio control bisa menikmati aksesoris dengan harga kompetitif. Produk Pro Champ nya kini telah diekspor ke-23 negara.
Radio control (RC) sebagai wahana mainan bergengsi bagi kalangan menengah ke atas kini semakin populer saja. Tidak hanya di Jakarta, mainan miniature mobil, pesawat hingga kapal ini sudah menjalar ke berbagai kota seperti : Semarang, Bandung, Medan, Denpasar, Solo, Jogyakarta, Surabaya, Batam, Cirebon, Makassar dan lainnya. Para pehobi jenis yang satu ini pun tidak segan-segan merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah sebelum ikut bermain atau berpacu di arena kejuaraan. Pasalnya, meskipun yang di pakai bukanlah mobil atau kendaraan sungguhan, semua mafhum harganya cukup mahal karena hamper seluruh produknya dari mancanegara. Biaya perawatannya juga bisa dibilang tidak sedikit.
Lantaran masih banyaknya produk impor ini, membuat Asep Tomy T, Manager Engineering and Quality Control Division PT Sanoh--perusahaan komponen otomotif asal Jepang yang khusus memproduksi pipa karet rem, power steering--gerah. Dia melihat banyak sekali peluang yang bisa digarap dibalik permainan hobi itu. Salah satunya, yakni membuat ban mobil RC, komponen plastic, berikut velg serta aksesoris lainnya. “Sejak menerjuni hobi RC sekitar 4 tahun lalu, hampir rata-rata pehobi RC sebulan sekali harus ganti ban. Padahal asal tahu, satu set ban berikut pelek impor seperti Proline. Bow Tie harganya di atas Rp 500 ribu,” tuturnya.
Dari pengalaman kurang nyaman itu membawa Kang Asep--begitu sapaan akrabnya—mencoba membuatnya sendiri. Pengalamannya selama sepuluh tahun bergelut dengan karet, adalah modal yang sangat berharga dalam menekuni bisnis barunya. ‘Awalnya saya coba menganalisa sampai akhirnya saya familiar dengan jenis bahan karet untuk ban RC. Setelah saya mulai membuatnya hingga keluar produk pertama,” tuturnya.
Proses trial ini berlangsung hampir tujuh bulan dengan biaya tak kurang dari Rp 100 juta. Menurut Asep, karet agak sulit tidak seperti plastik dalam proses pencampurannya. Selain uji coba di laboratorium, dia juga langsung uji coba produk tersebut di lapangan. “Saya sampai menghabiskan tiga mesin untuk uji coba tersebut,” kenangnya.
Beberapa teman dia, sesama pehobi RC juga disuruh untuk memakai produknya. Dalam setiap kesempatan, dia juga berpromosi kepada sesam pehobi RC mancanegara yang kebetulan sedang bermain di Indonesia. Produk yang belum diberi label itu, ternyata cocok dengan kondisi track RC baik di Eropa, AS, Jepang, Thailand. Mereka memuji produk ban buatannya. Akhirnya, setelah merasa yakin dengan kualitas produk tersebut, Asep memberi brand produk bannya itu Pro Champ yang merupakan akronim dari Profesional Champion.
Menurut Kang Asep, ada peristiwa yang menarik sejak ban yang belum diberi nama itu go internasional, meski masih dalam rangka promosi gratis. Salah satu produsen aksesoris terkenal mancanegara meniru produknya. Dan, celakanya, produk tersebut lebih dulu beredar di pasar domestik. Namun, dia tak khawatir dengan produk tiruan tersebut. Sebab, kualitasnya berbeda. Motif ban atau tekstur memang bisa dijiplak. Namun, hasilnya pasti tidak bakalan sama apabila formula materialnya berbeda. “Yang tahu formulanya kan saya. Terus terang produk Pro Champ tidak bisa mengkilap seperti produk kompetitor, sebab kalau mengkilap tidak ada magnetnya,” imbuhnya. Inilah perbedaan Pro Champ dengan kompetitor.
Sebelum berbisnis sprare part RC, Asep telah menekuni bisnis plastik yakni boks kain sarung yang akan diekspor atau dipasarkan di dalam negeri. Hampir seluruh produsen sarung di Tanah Air, mulai dari Bandung, Pekalongan hingga luar Jawa adalah konsumennya. Hanya, produksi boks tersebut terbatas, mengingat ada jeda yang cukup panjang antara produk yang dijual dengan pesanan. “Kadangkala pesanan datang dalam jumlah besar. Lalu vacuum selama 4 bulan. Baru menjelang Lebaran datang pesanan lagi. Begitu seterusnya,” katanya.
Model ban yang pertama keluar dinamai Astom (Asep Tomy), tidak lain kepanjangan dari namanya sendiri. Seterusnya menyusul model-model yang lain berikut aksesorisnya meliputi velg, spoiler (sayap belakang), clutch( kanvas kopling), seal shock absorber, seal manifold—karet pelindung antara mesin dan knalpot, sehingga totalnya mencapai 20 item produk. Semua produk tersebut bermerek Pro Champ.
Khusus untuk ban, Kang Asep sengaja membuat 3 varian yakni soft, medium, hard dan 2 buah varian medium dan hard untuk velg, tujuannya tidak lain supaya menjangkau semua karakter sirkuit. “Untuk yang ahli saya keluarkan Pro Champ World yang dapat membuat mobil RC lebih agresif. Tetapi jika terlalu agresif, bisa pakai ke DiggerTF. Bila ternyata masih liar pemain bisa pakai Astom. Saya yakin mobil pasti diam. Sedangkan Pro Lime untuk track basah,” paparnya tentang beberapa tipe ban produknya.
PRO CHAMP MELUNCURKAN 10 ITEM PRODUK
Semula, Asep mengaku pada awalnya merasa belum terlalu yakin terhadap animo pembeli, mengingat pehobi RC disini yang cenderung brand minded. Pada waktu itu pria 37 itu malah belum berani mencantumkan label ‘Made in Indonesia’ pada ciptaannya tersebut. Launching produk pertama pada bulan Maret 2006 lalu dengan membagi-bagikan sample gratis kepada peserta dilakukan di Bandung bukan di Jakarta. Maksudnya agar citranya tidak terlanjur menyebar luas apabila masih terdapat kekurangan.
Ternyata, seperti diceritakan, respons yang diperoleh cukup menggembirakan. Sebelum menentukan besar jumlah produksi Asep mengaku melakukan semacam intelijen marketing, di beberapa kejuaraan RC. Siapa yang memaki produk Pro Champ. Berapa produk Pro Champ yang menang dan sebagainya. Sementara di pemasaran ia juga tidak segan-segan memberikan sample produk gratis kepada banyak relasi diluar negeri dan mengharap kesediaan mereka sebagai agen distributor. Selain sudah menyebar di seluruh hobby shop lokal saat ini agen penjualan Pro Champ sudah terdapat di negara-negara seperti AS, Afrika Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand, maupun Philipina. Pro Champ kini telah beredar di 23 negara di dunia. Sekarang, Asep tengah memenuhi permintaan produk ban RC dari sebuah perusahaan di Australia. “Material dari saya, desain dan merek milik mereka. Saat ini tengah proses penandatanganan MOU,” akunya.
Selama kurang lebih setahun, dalam sebulan Asep rata-rata mampu memproduksi 300-400 set (1 set @ 4 pieces) ban. Ban khusus untuk mobil buggy beserta pelek dilempar dengan harga Rp 300 ribu untuk tipe Astom. Harga ini sedikit bervariasi. Namun lebih murah ketimbang ban RC impor yang Rp 400 ribu-an. Untuk jenis Truggy yang baru akan di-launching misalnya, direncanakan harga ritelnya sekitar Rp 400- ribuan.
Saat ini, penjualan yang paling meledak adalah seal atau karet manifold. Begitu keluar di pasaran kini sudah terjual sekitar 15.000 pcs atau 7.500 set dengan harga Rp 25 ribu. Maka dengan total investasi sekitar Rp 200 juta dan rata-rata omset penjualan mencapai Rp 80-90 juta per bulan, Asep mengaku telah balik modal. “Mungkin sudah lebih ya. Sedangkan keuntungannya saya investasikan lagi,” kilahnya.
Kepada mitra bisnisnya, khususnya toko hobi (hobby shop) RC yang menjadi distributor Pro Champ Asep menerapkan sistem jual putus ketimbang konsinyasi. Sedangkan untuk pengiriman ke luar negeri dia mensyaratkan minimal order sebanyak 50 set dengan syarat tambahan tidak boleh pilih-pilih item produk. Artinya, kuantitas berbeda tidak masalah tetapi semua item harus ada.
Sampai saat sekarang Asep masih memanfaatkan jasa orang kedua untuk melakukan produksi atau semacam makloon. Dia optimistis bahwa prospek usahanya akan cerah. Sekarang dia tengah membangun workshop sendiri di dekat rumahnya, di Kawasan Cibarusah, Jabar. Rencananya, selain toko, disitu juga disiapkan arena bermain RC elektrik dan mesin, mulai dari mobil hingga helikopter. Bangunan tersebut tengah dipersiapkan dengan dana lebih dari Rp 1 miliar. Kelak, dengan selesainya tempat tersebut dia ingin menerapkan konsep one stop shopping di bisnis RC. “Yang jelas dengan keluarnya Pro Champ, pehobi bisa menyalurkan kesenangannya dengan harga yang murah,” ujarnya sedikit bangga.
Asep kini senang karena dia bisa menyalurkan hobi RC nya lewat bisnis yang kini tengah mekar. Kini, dia tak perlu lagi merogoh kocek hingga jutaan rupiah untuk hobi yang satu ini. Dan, satu lagi pehobi RC di Tanah Air pun boleh senang, karena sparepart RC bisa didapat dari merek lokal dan sudah pasti dengan harga lokal pula.
MULAI DARI TUTUP BOTOL
Asep memang dilahirkan dari keluarga pebisnis. Dua tahun lalu, kendati masih sebagai professional, dia memulai bisnis pengadaan tutup botol air minum dalam kemasan (AMDK) di Bandung. “Saya melihat peluang yang cukup besar dengan memproduksi tutup botol tersebut,” katanya. Ketrampilannya dan pengetahuannya dalam mencampur plastik, sangat mendukung bisnis ini. Banyak produsen AMDK di Bandung hingga sekarang masih mengorder tutup minuman buatannya.
Tak lama kemudian, setelah sukses di bisnis tutup botol, Asep diversifikasi ke cover sarung—kotak khusus sarung tenun--untuk ekspor. Bungkus sarung yang terbuat dari plastik itu banyak dipesan oleh beberapa produsen sarung dari Pekalongan, Bandung dan sekitarnya. Bahkan, tambah dia, produk cover ini juga dipesan oleh pabrik sarung di Malaysia. Asep mampu memproduksi rata-rata 150 ribu pieces cover plastic per bulannya. Dengan harga rata-rata Rp 13 ribu, omset mencapai lebih dari Rp 200 juta-an/bulan.
Sukses di bisnis ini tak menyurutkan langkah Asep untuk terus berkreasi. Hobi main radio control(RC) ternyata membawa berkah tersendiri. Dia melihat peluang, yakni dengan memproduksi aksesoris RC. Keahliannya di bidang plastik dan pengetahuannya di bidang karet, ternyata mampu menghasilkan produk local yang tidak kalah dengan produk impor. Bahkan, produknya kini beredar di banyak Negara dan dipakai oleh pehobi RC kelas dunia. [wiyono/wk]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar